Sebuah judul berita di
harian Kompas membuat saya terdiam. Judulnya “Ada 5,6 Juta Orang Tuna-Aksara”.
Jutaan orang itu ada di negeri saya ini, Indonesia, yang telah 71 tahun
meredeka.
Buta aksara memang umum
terjadi pada negara berkembang, apalagi negara yang belum lama merdeka. Lah,
Indonesia? Negeri ini sudah 71 tahun merdeka. Mereka yang buta aksara di awal
kemerdekaan, seharusnya sudah tidak ada lagi. Entah karena mereka belajar
mengenal aksara, atau karena mereka sudah meninggal.
Dalam sebuah catatan
yang saya muat di blog ini, saya pernah mengungkapkan betapa besyukurnya saya
karena telah mengenal aksara. Aksara membuat saya dapat membaca dan menulis.
Saya juga dapat berkarya dengan menggunakan aksara. Dapat dibayangkan kalau
saya tidak mengenal aksara, mungkin saya adalah orang yang sangat berbeda
dengan saya yang sekarang ini.
Setelah saya baca
artikel itu, ternyata angka jutaan itu sudah jauh berkurang dibandingkan dengan
bertahun-tahun yang lalu. Itu adalah pencapaian luar biasa bagi negara kami
yang memiliki banyak sekali pulau.
Kalaupun tidak ada lagi
orang yang buta aksara di negeri ini, perjuangan bangsa Indonesia masih belum
berakhir. Minat baca yang kurang membuat bangsa ini “kurang berisi” dan mudah
tersulut provokasi. Ini adalah pekerjaan besar bagi seluruh rakyat, termasuk
saya. {ST}