Ana

Minggu, 06 November 2016

Aksi Damai 4 November 2016




            Tanggal 4 November 2016 yang lalu Jakarta dipenuhi oleh massa yang berdemonstrasi. Mereka ingin mengungkapkan aspirasinya karena ada orang yang mereka anggap telah menista agama yang mereka anut. Aksi demonstrasi ini digaungkan sebagai aksi damai.
            Sebagai WNI, mereka memang memiliki hak untuk mengungkapkan pendapatnya di depan umum. Sebagai sesama WNI, saya pun menghargai usaha mereka untuk mengungkapkan pendapat. Saya juga menghargai teman-teman yang ikut aksi ini dan benar-benar berniat damai.
            Aksi di hari Jumat itu membuat banyak pihak cukup ketakutan karena terlalu banyaknya kabar buruk yang beredar. Banyak sekolah dan kantor yang diliburkan. Kantor saya, sih, tidak libur. Kami semua tetap bekerja seperti biasa.
            Pagi itu saya pergi ke kantor dengan menggunakan bus. Bus yang saya tumpangi tidak melalui rute yang biasa karena rute itu melewati tempat demonstrasi dan ditutup. Walaupun sudah melewati jalan lain, bus itu tetap tidak bisa berjalan dengan lancar. Dalam perjalanan, kami bertemu dengan beberapa bus lain dari luar kota yang parkir di tepi jalan. Bus-bus yang parkir itu membuat ruas jalan menjadi lebih sempit. Selain ruas jalan yang sempit, banyaknya kendaraan dari arah sebaliknya yang melawan arus membuat laju bus yang saya tumpangi makin pelan. Perjalanan pagi itu memakan waktu yang cukup lama.
            Hampir sepanjang hari saya dan teman-teman memantau berita dari siaran TV. Dalam tayangan itu terlihat banyak sekali orang yang berdemonstrasi. Berita-beritanya juga beredar di media massa yang resmi maupun media sosial. Ternyata cukup banyak juga teman-teman saya di Facebook yang ikut serta dalam demonstrasi itu.
            Demonstrasi itu berjalan damai sampai waktu yang diizinkan, yaitu pukul 18.00 WIB. Setelah itu, terjadi sedikit kericuhan karena ada massa yang melakukan tindakan tak terpuji. Berita ini pun dengan cepat beredar di media sosial. Aneka teks, foto, dan video berdatangan ke akun WhatsApp saya.
            Secara umum saya salut dengan rekan-rekan yang telah menyampaikan pendapatnya dengan tertib. Saya juga salut dengan yang menjaga kebersihan. Ada, lo, yang memunguti sampah dan mengumpulkannya dalam kantong plastik hitam. Yeah…ada juga yang tidak bisa dipuji. Kelakuan tercela diperlihatkan oleh beberapa peserta, bahkan orang-orang yang cukup berpengaruh di negeri ini. Kalau yang ini mendingan tidak usah diomongin. Bukan karena saya takut tetapi lebih karena pilihan. Saya tidak mau mengotori pikiran saya dengan kelakuan mereka. Kalau saya memberitakan kelakuan mereka, apa bedanya saya dengan mereka?
            Suasana di hari Jumat itu cukup menegangkan bagi sebagian orang. Cukup banyak orang yang memilih tidak keluar dari rumah. Ada juga yang pulang cepat dari tempat kerjanya. Saya memilih untuk pulang malam. Saya memilih untuk pulang setelah demonstrasi bubar dan jalan umum kembali dibuka. Itu karena saya harus melewati ruas-ruas jalan itu untuk kembali ke rumah. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini