Tanggal
4 November 2016 yang lalu Jakarta dipenuhi oleh massa yang berdemonstrasi.
Mereka ingin mengungkapkan aspirasinya karena ada orang yang mereka anggap
telah menista agama yang mereka anut. Aksi demonstrasi ini digaungkan sebagai
aksi damai.
Sebagai
WNI, mereka memang memiliki hak untuk mengungkapkan pendapatnya di depan umum.
Sebagai sesama WNI, saya pun menghargai usaha mereka untuk mengungkapkan
pendapat. Saya juga menghargai teman-teman yang ikut aksi ini dan benar-benar
berniat damai.
Aksi
di hari Jumat itu membuat banyak pihak cukup ketakutan karena terlalu banyaknya
kabar buruk yang beredar. Banyak sekolah dan kantor yang diliburkan. Kantor
saya, sih, tidak libur. Kami semua tetap bekerja seperti biasa.
Pagi
itu saya pergi ke kantor dengan menggunakan bus. Bus yang saya tumpangi tidak
melalui rute yang biasa karena rute itu melewati tempat demonstrasi dan
ditutup. Walaupun sudah melewati jalan lain, bus itu tetap tidak bisa berjalan
dengan lancar. Dalam perjalanan, kami bertemu dengan beberapa bus lain dari
luar kota yang parkir di tepi jalan. Bus-bus yang parkir itu membuat ruas jalan
menjadi lebih sempit. Selain ruas jalan yang sempit, banyaknya kendaraan dari
arah sebaliknya yang melawan arus membuat laju bus yang saya tumpangi makin
pelan. Perjalanan pagi itu memakan waktu yang cukup lama.
Hampir
sepanjang hari saya dan teman-teman memantau berita dari siaran TV. Dalam
tayangan itu terlihat banyak sekali orang yang berdemonstrasi. Berita-beritanya
juga beredar di media massa yang resmi maupun media sosial. Ternyata cukup
banyak juga teman-teman saya di Facebook yang ikut serta dalam demonstrasi itu.
Demonstrasi
itu berjalan damai sampai waktu yang diizinkan, yaitu pukul 18.00 WIB. Setelah
itu, terjadi sedikit kericuhan karena ada massa yang melakukan tindakan tak
terpuji. Berita ini pun dengan cepat beredar di media sosial. Aneka teks, foto,
dan video berdatangan ke akun WhatsApp saya.
Secara
umum saya salut dengan rekan-rekan yang telah menyampaikan pendapatnya dengan
tertib. Saya juga salut dengan yang menjaga kebersihan. Ada, lo, yang memunguti
sampah dan mengumpulkannya dalam kantong plastik hitam. Yeah…ada juga yang
tidak bisa dipuji. Kelakuan tercela diperlihatkan oleh beberapa peserta, bahkan
orang-orang yang cukup berpengaruh di negeri ini. Kalau yang ini mendingan
tidak usah diomongin. Bukan karena saya takut tetapi lebih karena pilihan. Saya
tidak mau mengotori pikiran saya dengan kelakuan mereka. Kalau saya
memberitakan kelakuan mereka, apa bedanya saya dengan mereka?
Suasana
di hari Jumat itu cukup menegangkan bagi sebagian orang. Cukup banyak orang
yang memilih tidak keluar dari rumah. Ada juga yang pulang cepat dari tempat
kerjanya. Saya memilih untuk pulang malam. Saya memilih untuk pulang setelah
demonstrasi bubar dan jalan umum kembali dibuka. Itu karena saya harus melewati
ruas-ruas jalan itu untuk kembali ke rumah. {ST}