Suatu hari, saya
mendapat tugas untuk berkunjung ke sebuah TK. Setelah menyapa beberapa guru,
saya pun berbincang dengan anak-anak kecil yang menjadi siswa di TK itu. Kami
berbincang di selasar depan kelas.
“Kalian tempat mainnya
di situ, ya?” tanya saya sambil menunjuk ke arah taman bermain.
“Iya kalau belum dijemput,”
jawab seorang anak. Saya tidak ingat anak itu perempuan atau laki-laki.
“Hah? Kok, belum
dijemput?” tanya saya bingung.
Tidak ada anak yang
menjawab pertanyaan saya itu. Mereka malah menunjuk-nunjuk ke tempat lain.
Seorang anak membimbing saya ke tempat yang ditunjuk oleh temannya itu. Saya
pun kemudian mengikuti sekelompok kecil anak TK itu. Mereka melalui lorong
kecil di belakang gedung sekolahnya.
Pertanyaan saya
terjawab saat kami keluar dari lorong kecil itu. Kami memasuki sebuah taman
besar dengan aneka taman bermain. Ada beberapa atribut lalu lintas pula di
taman itu. Selain sebagai tempat bermain, taman itu juga sebagai tempat untuk
belajar lalu lintas.
Rombongan anak-anak
yang tadi membimbing saya lalu memilih alat bermain yang mereka inginkan.
Seorang anak yang naik ke jembatan lengkung mengajak saya untuk ikut bermain.
Saya hanya tertawa-tawa sambil menolak dengan halus. Saat itu saya khawatir
jatuh. Dengan demikian wibawa saya pun ikut jatuh.
Walaupun hanya
berjalan-jalan sebentar di taman itu, saya sudah cukup merasa senang. Keceriaan
anak-anak itu menular kepada saya. Kepala saya mendadak dipenuhi banyak ide
yang mendesak untuk dijadikan karya. {ST}