Ana

Sabtu, 15 Oktober 2016

Raja Bhumibol Adulyadej Wafat




            Hari Kamis tanggal 13 Oktober 2016, rakyat Thailand berduka atas wafatnya Raja Bhumibol Adulyadej. Raja yang telah bertakhta selama 70 tahun ini dikenal sangat dicintai dan dihormati oleh rakyatnya.
            Saya dapat menuliskan namanya dengan ejaan yang benar karena pernah menghapalkannya bertahun-tahun yang lalu. Saat masih duduk di sekolah dasar, salah satu pelajarannya adalah menghapalkan nama-nama kepala negara, terutama di ASEAN. Menghapalkan kepala negara Thailand cukup mudah karena tidak pernah berganti selama bertahun-tahun saya sekolah di SD. Bayangkan saja, ia sudah bertakhta selama 70 tahun, sebelum saya lahir. Bahkan sebelum ibu saya lahir.
            Saya cukup terkesima ketika melihat berita wafatnya Raja Bhumibol. Di depan rumah sakit tempat perawatan terakhirnya, banyak sekali rakyat yang berkumpul dan mengungkapkan dukacitanya. Tangisan dan teriakan mereka menandakan bahwa kesedihan itu sangat mendalam. Seakan-akan kehilangan anggota keluarga terdekat.
            Raja Bhumibol memang sangat dihormati di negaranya. Penghormatan itu bukan hanya karena dia adalah raja. Penghormatan itu juga diberikan tanpa paksaan karena kepribadian sang raja. Raja Bhumibol terkenal sangat berwibawa, ramah, dan pembawaannya tenang. Kharismanya dapat membuat pihak-pihak yang bertikai di negaranya menjadi berdamai.
            Thailand bukanlah negara yang selalu tenang. Negara ini berkali-kali mengalami kudeta militer. Dalam artikel yang saya baca, selama pemerintahan Raja Bhumibol, militer Thailnad telah melakukan kudeta selama 18 kali. Yang dikudeta adalah perdana menterinya, sementara takhta sang raja tidak tergoyahkan selama bertahun-tahun.
            Saking seringnya kudeta di Thailand, saya sudah tidak ingat lagi kapan saja kejadiannya dan apa penyebabnya. Namun ada 1 yang saya ingat. Bertahun-tahun yang lalu, pernah ada kudeta militer yang dilakukan oleh seorang jenderal. Jenderal ini kemudian dipanggil ke istana oleh sang raja. Ia kemudian menghadap raja dengan berjalan jongkok, seperti layaknya rakyat jelata. Saya melihatnya di siaran TV. Raja Bhumibol kemudian memintanya untuk menyerahkan kekuasaan yang didapatnya dari kudeta. Jenderal ini kemudian menuruti perintah raja tanpa ada perlawanan. Tentunya ini tidak akan terjadi apabila sang raja tidak memiliki pengaruh yang kuat.
            Kecintaan rakyat terhadap monarki kerajaan makin hari makin berkurang. Cukup banyak orang yang tidak lagi menghendaki negerinya dipimpin secara keturunan. Saya termasuk salah satunya. Saya sangat bersyukur terlahir di Indonesia yang demokratis ini. Keturunan orang yang hebat belum tentu hebat. Cukup banyak kerajaan yang menemui kehancurannya karena dipimpin oleh orang yang tidak terlalu berbakat memimpin dan tidak mau menggunakan otaknya dengan baik. Entah apa yang akan terjadi Thailand kelak. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini