Ana

Minggu, 30 Oktober 2016

Pijatan Ambil Angin Ala Bu Sri




            Saya dan keluarga telah lama mengenal tradisi pijat. Keluarga kami memiliki terapis favorit yang sering kami gunakan jasanya. Suatu hari, soal pijat memijat ini menjadi agak terkendala. Mbak Iis, terapis langganan kami itu berhenti dari pekerjaannya karena hamil. Setelah itu, kami merasa kehilangan sampai akhirnya bertemu Bu Sri.


            Saya mengenal Bu Sri karena rekomendasi dari adik saya. Pijatan Bu Sri katanya simbok-simbok banget. Ia telah berprofesi sebagai tukang pijat sejak masih sangat muda. Saat ini Bu Sri sudah setengah baya. Pengalamannya memijat sudah sangat banyak. Pengalamannya itu terasa dalam setiap sentuhan tangan dan kakinya. Ya, Bu Sri juga memijat menggunakan kakinya. Sejak saat itu Bu Sri menjadi terapis pijat langganan saya.
            Saat sedang memijat, Bu Sri sering bersendawa. Di kalangan para pemijat, ada kepercayaan kalau sendawa artinya mengeluarkan angin orang yang dipijat. Entah mengapa, orang yang sedang memijat malah jadi sering bersendawa. Saya juga kadang-kadang merasakannya ketika memijat orang lain. Sampai sekarang saya belum tahu penjelasan ilmiah tentang hal ini.
Bu Sri juga meyakini bahwa sendawanya itu artinya mengeluarkan angin orang yang dipijatnya. Bu Sri punya cara khusus untuk mengeluarkan angin, caranya dengan menggunakan kaki. Ia menginjak tempat yang akan dikeluarkan anginnya. Ilmu ambil angin itu konon didapatkannya dengan puasa dan doa.
Menurut Bu Sri, angin yang ada di dalam tubuh itu membuat badan masuk angin. Bu Sri dapat melihatnya dengan mata batinnya. Masuk angin membuat badan pegal dan tidak nyaman. Saya tahu bagaimana rasanya masuk angin. Memang betul-betul tidak nyaman. Angin di dalam tubuh itu harus dikeluarkan. Kebanyakan orang mengeluarkan angin dengan cara dikerok.
Angin yang sudah menumpuk itu akan mengeras. Menurut Bu Sri akan menjadi seperti salju yang membeku menjadi es. Angin ini harus dihancurkan dulu dengan cara dipijat. Angin yang sudah dihancurkan itu bentuknya akan seperti asap. Baru kemudian diambil dengan menggunakan injakan kaki. Sembari kakinya menekan, Bu Sri akan bersendawa untuk mengeluarkan anginnya. Apabila anginnya banyak, maka sendawanya keras. Kalau tidak ada anginnya, maka tidak ada sendawa.
Penjelasan Bu Sri itu memang tidak masuk akal bila dipikirkan secara ilmiah. Pikiran rasional saya pun agak berontak mendengarnya. Namun imajinasi saya dapat memahami dengan baik. Saya dapat membayangkannya secara visual, terutama bagian asap yang ditarik keluar. Bahkan menjadi inspirasi bagi cerita fiksi yang akan saya tulis.
Saya tidak terlalu peduli alasan ilmiah di balik ilmu ambil angin Bu Sri. Yang jelas saya menikmatinya. Pijatan Bu Sri pada badan yang pegal sangat saya nantikan. Bu Sri akan “menghajar” otot yang pegal sampai menjadi lemas kembali. Yang membuat pijatan Bu Sri makin mantap karena setelah itu badan tidak “njarem”. Badan malah menjadi segar, tentunya karena aliran darah yang lancar. Keahlian ini tidak dimiliki oleh semua orang. Hanya para pemijat yang berpengalaman saja yang bisa.
Saya tidak keberatan badan saya diinjak dan mendengar bunyi sendawa Bu Sri. Biasanya saya agak jijay mendengar bunyi sendawa orang, apalagi kalau yang sendawa sembarangan tanpa kenal waktu dan tempat. Perkecualian untuk yang ini. Khusus untuk Bu Sri, saya rela menjadi manusia yang terinjak-injak he he he. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini