Suatu malam, saya bertemu dengan pengemudi mobil transportasi online
yang curhat sepanjang perjalanan. Curhatnya dimulai karena saya harus
meneleponnya berkali-kali untuk bertemu. Hanya beberapa detik setelah masuk ke
mobil, dia segera memulai ceritanya tentang mengapa dia sampai terlambat,
tentang dia yang belum mengenal daerah tempat saya minta dijemput itu, tentang
profesi barunya sebagai pengemudi transportasi online, dan tentang telepon
genggamnya yang enggak pintar-pintar amat.
Menurutnya telepon buatan Tiongkok itu memang “kurang pintar”. Telepon
yang juga menjadi alat kerjanya itu sering panas dan kadang-kadang hang.
Telepon ini sudah pasti hang kalau digunakan untuk mengakses Google map atau
Waze selama setengah jam. Kalau sudah hang, dia tidak bisa mengaksesnya untuk
mendapatkan order.
Mendengar ceritanya itu, saya pun kemudian menunjukkan jalan ke tempat
tujuan. Saya sangat mengenal rute itu karena sangat sering melewatinya. Saya
hanya sesekali berbicara sementara si pengemudi terus-terusan bercerita.
Saat dia tahu tujuan saya mau ke gereja. Dia pun meminta saya untuk
mendoakannya saat tiba di gereja. Menurutnya dia sangat perlu dukungan doa. Dia
juga bercerita di mana dia bergereja di mana hampir semua anggota jemaatnya
adalah supir angkutan yang berasal dari Sumatra.
Baru sekitar sepertiga perjalanan, dia bercerita tentang profesi barunya
ini. Sebelumnya ia adalah supir Kopami 12. Saya sempat tersentak kaget mendengarnya.
Bus kecil berwarna biru itu sering menjadi kendaraan saya saat kuliah dulu.
Saya memilih naik bus itu karena ongkosnya yang murah. Mutu kendaraan dan cara
supir mengemudikan mobilnya bukanlah sesuatu yang menjadi pertimbangan saya.
Saat itu saja mobil-mobil Kopami dapat dikatakan bobrok. Cara mengemudi
supirnya tak nyaman, suka berhenti seenaknya dan ajrut-ajrutan. Terus terang
saya sempat khawatir kalau sampai mobil yang saya tumpangi itu akan dikemudikan
dengan asal-asalan.
Rute bus kecil ini makin sepi penumpang karena rutenya sebagian besar
juga dilayani oleh Transjakarta. Dapat dimaklumi kalau kebanyakan orang akan
memilih menggunakan Transjakarta yang lebih murah dan nyaman. Saya juga tidak
akan memilih naik bus itu lagi kalau tidak ada alasan yang sangat mendesak.
Sepertinya ada cukup banyak orang yang berpikiran sama dengan saya. Trayek itu
pun sangat sepi penumpang. Banyak supir yang penghasilannya sanagt menurun,
termasuk pengemudi mobil online yang saya tumpangi itu. Ia kemudian memilih alih
profesi. {ST}