Malam itu saya pulang
naik bus Transjakarta. Perjalanan naik bus ini biasanya cukup lancar karena
memiliki jalur khusus yang (seharusnya) hanya boleh digunakan oleh bus
transjakarta. Namun perjalanan malam itu tidak lancar. Jalanan macet karena
hujan. Perjalanan tersendat di banyak tempat. Waktu tempuhnya pun bertambah
lama.
Malam itu saya tidak
kebagian tempat duduk. Saya terpaksa berdiri sepanjang perjalanan. Saya memilih
untuk bersender di tiang dekat pintu sambil membaca buku. Pada awalnya,
perjalanan itu cukup nyaman. Lama-lama makin banyak penumpang yang masuk
sehingga bus itu makin padat. Saya menjadi terdesak. Orang-orang yang ada di
sekitar saya sepertinya tidak peduli kalau saya lagi membaca. Buku yang saya
pegang berkali-kali mau jatuh terkena orang-orang di sekitar saya. Sama seperti
saya, mereka juga bergerak-gerak gelisah.
Saya makin gelisah
ketika kaki saya terasa gemetar. Ternyata saya lapar. Saya makan terakhir kali
8 jam sebelumnya. Sepertinya tenaga dari makan siang saya sudah mulai habis.
Saya akhirnya memilih untuk keluar di halte terdekat untuk kemudian mencari
makanan pengganjal perut.
Saya mencari-cari
tempat makan di sekitar halte itu. Ada beberapa restoran fast food yang cukup menggiurkan. Ada juga tempat makan pinggir
jalan. Saya sempat galau mau pilih yang mana. Akhirnya aroma masakan di tempat
makan pinggir jalan menggiring langkah saya untuk datang. Saya mendatangi
tempat makan pinggir jalan yang menjual chinese
food.
Saya memilih menu sapo.
Menu ini sangat cocok untuk dimakan saat kelaparan dan kedinginan seperti yang
saya rasakan waktu itu. Sapo itu baru dimasak sesaat setelah saya memesannya.
Aromanya sangat menggiurkan, bikin ngiler.
Saya menyantap sapo
saya tanpa nasi. Selain lagi diet, saya juga menyisakan sedikit tempat untuk
makanan rumah. Kalau Mamah lagi ada di rumah, biasanya makanan yang dihidangkan
enak-enak. Selain itu juga sekalian untuk membuat senang orang tua.
Sapo santapan saya
rupanya mengundang selera orang-orang lain yang datang ke tempat itu. Baru
sesuap saya memakan sapo itu, ada pasangan yang memesan menu “seperti yang
itu”. Tak lama kemudian, ada lagi orang yang memesan dengan menunjuk ke arah
makanan saya.
Setelah menghabiskan
semangkok sapo itu, perut saya menjadi kenyang dan badan pun hangat. Sudah
waktunya untuk melanjutkan perjalanan untuk pulang. Saya pulang dengan hati
tenang. Selain karena perut kenyang, juga karena puas akan rasanya yang sedap.
Perjalanan pulang saya
itu memakan waktu yang lama. Setiba di rumah, saya sudah kembali lapar. Saya
pun akhirnya makan lagi. Sapo yang tadi saya santap itu benar-benar hanya
sebagai pengganjal, semacam cemilan. {ST}