Ana

Selasa, 20 September 2016

Ngemil Sapo




            Malam itu saya pulang naik bus Transjakarta. Perjalanan naik bus ini biasanya cukup lancar karena memiliki jalur khusus yang (seharusnya) hanya boleh digunakan oleh bus transjakarta. Namun perjalanan malam itu tidak lancar. Jalanan macet karena hujan. Perjalanan tersendat di banyak tempat. Waktu tempuhnya pun bertambah lama.
            Malam itu saya tidak kebagian tempat duduk. Saya terpaksa berdiri sepanjang perjalanan. Saya memilih untuk bersender di tiang dekat pintu sambil membaca buku. Pada awalnya, perjalanan itu cukup nyaman. Lama-lama makin banyak penumpang yang masuk sehingga bus itu makin padat. Saya menjadi terdesak. Orang-orang yang ada di sekitar saya sepertinya tidak peduli kalau saya lagi membaca. Buku yang saya pegang berkali-kali mau jatuh terkena orang-orang di sekitar saya. Sama seperti saya, mereka juga bergerak-gerak gelisah.
            Saya makin gelisah ketika kaki saya terasa gemetar. Ternyata saya lapar. Saya makan terakhir kali 8 jam sebelumnya. Sepertinya tenaga dari makan siang saya sudah mulai habis. Saya akhirnya memilih untuk keluar di halte terdekat untuk kemudian mencari makanan pengganjal perut.
            Saya mencari-cari tempat makan di sekitar halte itu. Ada beberapa restoran fast food yang cukup menggiurkan. Ada juga tempat makan pinggir jalan. Saya sempat galau mau pilih yang mana. Akhirnya aroma masakan di tempat makan pinggir jalan menggiring langkah saya untuk datang. Saya mendatangi tempat makan pinggir jalan yang menjual chinese food.
            Saya memilih menu sapo. Menu ini sangat cocok untuk dimakan saat kelaparan dan kedinginan seperti yang saya rasakan waktu itu. Sapo itu baru dimasak sesaat setelah saya memesannya. Aromanya sangat menggiurkan, bikin ngiler.
            Saya menyantap sapo saya tanpa nasi. Selain lagi diet, saya juga menyisakan sedikit tempat untuk makanan rumah. Kalau Mamah lagi ada di rumah, biasanya makanan yang dihidangkan enak-enak. Selain itu juga sekalian untuk membuat senang orang tua.
            Sapo santapan saya rupanya mengundang selera orang-orang lain yang datang ke tempat itu. Baru sesuap saya memakan sapo itu, ada pasangan yang memesan menu “seperti yang itu”. Tak lama kemudian, ada lagi orang yang memesan dengan menunjuk ke arah makanan saya.
            Setelah menghabiskan semangkok sapo itu, perut saya menjadi kenyang dan badan pun hangat. Sudah waktunya untuk melanjutkan perjalanan untuk pulang. Saya pulang dengan hati tenang. Selain karena perut kenyang, juga karena puas akan rasanya yang sedap.
            Perjalanan pulang saya itu memakan waktu yang lama. Setiba di rumah, saya sudah kembali lapar. Saya pun akhirnya makan lagi. Sapo yang tadi saya santap itu benar-benar hanya sebagai pengganjal, semacam cemilan. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini