Sejak tahun 2014,
Jakarta memiliki bus wisata. Bus itu menjalani rute di pusat kota Jakarta
dengan memperkenalkan tempat-tempat bersejarah. Bus bertingkat itu dapat
dinaiki secara gratis dari halte-halte tertentu.
Bus gratis ini kabarnya
kerap pula dipakai oleh orang-orang yang memang memerlukan alat transportasi,
tidak hanya untuk berwisata. Maklum saja, kebanyakan orang Indonesia memang suka
yang gratisan.
Tahun 2016 ini, ada
perkembangan baru dari bus wisata. Bus ini sekarang memiliki 3 rute, atau lebih
tepatnya 3 tema, yaitu wisata sejarah, kuliner, dan belanja. Ketiga rute bus
ini ada yang bersinggungan, bahkan nyaris sama. Perbedaannya adalah informasi
yang disampaikan di dalam bus. Informasi untuk tempat-tempat yang dilewati itu
disampaikan sesuai temanya. Informasi itu sudah direkam sebelumnya dan tinggal
disuarakan saat melewati tempat yang bersangkutan.
Menurut saya ini adalah perubahan yang baik. Awalnya, informasi itu
disampaikan langsung oleh petugas. Informasinya tidak terlalu banyak, kok. Saat
bus wisata ini masih baru beroperasi, saya sempat menyaksikan bagaimana
antusiasnya petugas bus. Beberapa bulan kemudian, para petugas itu tidak lagi
antusias. Tugas mereka menjadi seperti kenek yang menyerukan tempat tujuan
berikutnya. Tidak konsisten. Memang lebih baik menggunakan rekaman saja untuk
sementara.
Pada suatu Sabtu sore, saya pernah mencoba 2 dari 3 rute bus wisata yang
sekarang ada. Saya mencoba yang wisata sejarah dan belanja. Untuk yang kuliner,
saya belum mencobanya. Mungkin lain kali. {ST}
Baca juga: