Ana

Selasa, 30 Agustus 2016

Lampu Teplok






            Lampu teplok adalah salah satu alat penerangan yang umum digunakan berpuluh tahun yang lalu, saat penerangan lampu listrik belum umum digunakan. Saya termasuk generasi yang sudah mengenal listrik. Untuk penerangan malam hari, kami sudah menggunakan lampu listrik. Namun itu bukan berarti saya tidak mengenal lampu teplok. Lampu berbahan bakar minyak tanah ini turut mewarnai masa kecil saya di Kalimantan.
            Saat saya kecil (bahkan sampai sekarang), listrik di Kalimantan sering padam. Saat mendengar kata “giliran”, semua orang langsung tahu bahwa saat itu tidak ada listrik yang mengalir di tempat itu. Itu bisa terjadi di siang hari dan di malam hari. Kadang-kadang, ada juga yang gilirannya diberi tahu dulu, ada juga yang padam begitu saja tanpa pemberitahuan.
            Selain lilin, lampu teplok adalah alternatif penerangan di rumah kami saat mendapat giliran listrik padam. Ada cukup banyak lampu teplok di rumah kami. Saya bahkan punya lampu teplok kesayangan. Lampu yang saya bawa ke kamar saya saat lampu padam yang itu-itu terus. Selain sebagai penerangan, buat saya lampu teplok adalah hiasan yang keren. Melihat cahaya lidah api di lampu teplok adalah pemandangan yang indah.
            Lampu teplok terdiri dari beberapa bagian yang bisa dilepas. Ada tempat penampung minyak di bagian bawahnya. Tempat minyak ini bersambung dengan sumbu. Sebagian sumbu terendam oleh minyak, sebagian kecil lainnya ada di bagian atas. Sumbu bagian atas itulah yang dibakar dan kemudian menjadi sumber terang. Di bagian atasnya ada corong/pipa dari kaca. Corong itu melindungi api supaya tidak tertiup angin sekalian mengarahkan asap ke bagian atas.
            Papah pernah bercerita kalau waktu dia kecil dulu harus menggunakan lampu teplok untuk belajar. Kadang-kadang kepala sampai terasa panas karena harus didekatkan ke lampu. Pengalamannya itu dia gunakan untuk memacu kami supaya lebih giat belajar karena sudah ada lampu listrik yang lebih terang dan mudah penggunaannya.
            Lampu teplok kabarnya juga bisa digunakan untuk mengobati sakit mata. Kalau yang ini, saya tidak yakin apakah benar atau saya dibohongi oleh saudara-saudara yang lebih tua. Caranya dengan menangkap panas yang ada di ujung corong dengan kedua tangan. Saat tangan sudah terasa hangat, sapukan ke mata yang sakit. Mata juga akan terasa hangat. Saya dulu sering melakukannya saat terkena sakit mata. Itu, lo, yang mata menjadi merah dan belekan sepanjang hari.
            Saat ini, lampu teplok sudah tidak lagi digunakan sebagai alat penerangan. Lampu teplok yang saya lihat lebih sering digunakan sebagai penghias ruangan. Lampu teplok juga sering dijadikan suvenir pernikahan. Informasi lampu teplok sebagai suvenir berada di halaman depan mesin pencari Google. Lampu teplok juga ada yang bertenaga listrik. Bentuknya tetap lampu teplok, bagian lampunya diganti dengan bohlam listrik.  
Saya tidak tahu mengapa lampu teplok disebut teplok. Mungkin karena dapat ditempelkan di dinding. Pada lampu ini memang ada bagian yang bisa ditempelkan di dinding. Bagian dinding yang ditempeli lampu ini biasanya di bagian atasnya berwarna gak hitam karena sisa pembakaran. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini