Suatu malam, saya pulang naik bus
Transjakarta. Saat itu busnya penuh. Lebih penuh dari biasanya. Saya sempat
berpikiran untuk menunggu bus berikutnya saya. Setelah ada informasi bahwa bus
berikutnya masih lama lagi datangnya, saya pun akhirnya naik ke dalam bus itu.
Saya berjalan ke arah depan, tak
jauh dari supir. Saya mencoba posisi berdiri senyaman mungkin sambil
menggerakkan beberapa barang bawaan saya.
“Duduk di sini aja,” kata Pak Supir
menawarkan tempat di sampingnya.
Tempat duduk yang ditawarkan itu
tidak ada kursinya. Dapat dikatakan itu adalah lantai bus. Ada sedikit
perbedaan tinggi yang dapat dapat digunakan sebagai tempat duduk. Semula saya
sempat ragu-ragu karena hal itu sepertinya bukanlah sesuatu yang benar.
“Apa enggak ganggu persnelingnya?”
tanya saya.
“Enggak, kok.
Ini jaraknya masih jauh,” jawab bapak itu.
Saya akhirnya
mengambil tawaran itu. Saya duduk di sampaing Pak Supir yang sedang bekerja
menjalankan bus Transjakarta. {ST}