Ana

Selasa, 16 Agustus 2016

Copet yang Tertangkap di Bus


            Malam itu Halte Harmoni terlihat agak lengang. Sepertinya kepadatan arus penumpang telah lewat. Saat itu memang sudah lewat pukul 8 malam. Arus pulang orang-orang kantoran sudah menjelang selesai. Hiruk-pikuk penumpang pun tidak terlalu terdengar. Keheningan itu mendadak terpecah oleh suara tegas seorang pria.
            “Hati-hati, ini copet!” kata orang itu.
            Saya dan beberapa penumpang lain segera melihat ke arah sumber suara. Terlihat 2 orang petugas keamanan mengapit seorang pria yang bertelanjang dada. Suara tegas keluar dari mulut sang petugas keamanan. Pria yang di tengah mengenakan karton bertulisan “Saya copet” yang dikalungkan di dadanya. Pandangan pria itu terlihat kosong.
            “Perhatikan! Ini copet. Sudah 2 kali tertangkap mencopet di bus. Biasanya dia beraksi di koridor 1,” kata seorang petugas pengamanan yang mendampingi sang copet.
            Melihat pemandangan itu, saya merasa kasihan pada sang copet yang tertangkap itu. Entah mengapa saya kasihan walaupun saya tahu perbuatan mencopet sama sekali tidak dapat dibenarkan. Mungkin perasaan itu muncul sebagai sesama manusia. Perempuan-perempuan di sekitar saya juga menggumamkan hal yang sama. Kasihan.
            “Kasihan, kasihan! Bagaimana kalau kita yang dicopet,” ujar seorang penumpang lain dengan nada protes.
            “Silakan kalau mau difoto dan disebarkan,” kata seorang petugas keamanan itu.
            Mendengar hal itu, banyak orang yang mengeluarkan ponselnya dan memotret sang copet. Saya juga sempat tergoda untuk memotretnya. Saya bahkan mencoba menarik kamera poket saya yang memang selalu saya bawa. Entah mengapa saya kemudian membatalkan niat itu. Saya memasukkan kamera saya kembali dan hanya menyaksikannya dengan mata saya.
            Dari sekian banyak orang yang memotret itu, ada seorang bapak yang mendadak tersulut emosinya. Ia menampar sang copet. Perempuan-perempuan yang menjadi sakisi, termasuk saya, menjerit ngeri melihat peristiwa itu. Petugas keamanan segera melerainya sehingga sang copet itu lolos dari hajaran.
            Saya tidak tahu lagi bagaimana kelanjutan cerita sang copet itu. Apakah dia diproses secara hukum, atau dihakimi sendiri oleh orang-orang yang ada di situ. Semoga saja dia kapok dan tidak lagi mengulangi perbuatannya. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini