Ana

Minggu, 28 Agustus 2016

Cerita Layang-Layang yang Berkesan





            Keponakan saya yang berusia 2 tahun menarik-narik tangan saya. Dia mengajak saya melihat layang-layang. Anak itu terlihat sangat antusias. Senyuman merekah di bibir anak laki-laki kecil itu. Senyuman dan sikap antusias yang sama seperti sedang melihat mobil di jalan.
Sambil bergandengan tangan kami berdua berjalan ke pinggir jalan. Saya pun melihat ke arah langit untuk melihat layang-layang yang diceritakannya.
“Ada merah, putih, kuning, hijau. Bagus, ya,” kata suara anak kecil di samping saya.
Salah satu tangannya masih menggandeng tangan saya. Tangan yang satunya lagi menunjuk ke umbul-umbul. Ya benar, umbul-umbul yang dipasang di pinggir jalan saat perayaan 17 Agustus itu. Rupanya benda itulah yang dikira layang-layang oleh keponakan kecil saya itu.
Sebagai anak kecil berumur 2 tahun, pengetahuannya tentang dunia memang belum banyak. Sepertinya dia memang belum tahu kalau benda yang ditunjuknya itu bernama umbul-umbul. Dia mengaitkannya dengan layang-layang, mainan yang bisa terbang, yang sudah pernah dia lihat sebelumnya..
Saya sebenarnya ingin tertawa terbahak-bahak. Itu adalah sesuatu yang lucu sekali. Namun saya berusaha menahannya sekuat tenaga. Saya tidak mau membuat keponakan saya itu merasa ditertawakan. Saya hanya tersenyum dan tertawa secukupnya seraya menunjukkan wajah senang dan antusias.
“O iya. Bagus, ya,” ucap saya sambil memandang senyum ceria keponakan saya.
Kami berdua pun tertawa-tawa senang. Jo, keponakan kecil saya itu sepertinya tertawa senang karena sudah menunjukkan sesuatu yang luar biasa. Saya tertawa karena kelucuan layang-layang itu. Pengalaman itu sangat berkesan bagi saya. Setelah peristiwa itu, pandangan saya terhadap umbul-umbul agak berbeda. Saat melihat umbul-umbul, saya juga melihat senyum manis Jo dan layang-layang yang sedang terbang. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini