Akhir-akhir
ini muncul lagi pendapat tentang bentuk Bumi yang datar. Ada beberapa orang
atau kelompok yang mempertanyakan bentuk planet yang kita huni ini. Beberapa
orang mengutarakannya di media sosial, ada juga yang menyertakan “bukti” dari
para ahli dan dari beberapa naskah kuno.
“Bukti”
yang diajukan itu konon kabarnya ada pula yang berasal dari Alkitab. Entah
Alkitab yang mana, ya. Sepertinya bukan yang biasa saya baca. Atau mungkin saja
mereka asal kutip tanpa paham konteksnya. Padahal, untuk dapat membaca dan
mengerti Alkitab itu harus mengerti konteksnya.
Ada
pula pernyataan yang mengatakan kalau anggapan bahwa Bumi itu bulat artinya
melanggar ajaran agama. Entah agama yang mana. Kalau agama Kristen, sih, memang
pernah. Kejadian itu terjadi beberapa ratus tahun yang lalu. Sekarang sudah
tidak lagi karena orang-orang Kristen sudah dapat menerima kebenaran ini. Jadi,
kalau saat ini dibicarakan lagi, artinya orang itu ketinggalan zaman beberapa
abad. Ketinggalannya bahkan melebihi zaman kolonial Belanda di Indonesia. Zaman
telah berganti beberapa generasi dan masih ada saja orang yang meyakini
pemahaman itu.
Teori
bahwa Bumi itu bulat dan mengelilingi Matahari diungkapkan pertama kali oleh
Nicolaus Copernicus. Teorinya ini ditentang oleh banyak orang terutama para
ulama Kristen pada saat itu. Sebelumnya, manusia penduduk Bumi hanya tahu bahwa
Bumi adalah pusat dari alam semesta. Keterbatasan manusia saat itu memang
menghalangi pengetahuan bahwa dunia ini tidak hanya terdiri dari sebuah tempat
bernama Bumi.
Teori
ini kemudian juga didukung oleh Galileo Galilei. Dukungannya ini membuatnya
dikucilkan seumur hidupnya oleh gereja. Namanya baru dipulihkan beberapa ratus
tahun kemudian saat dia sudah tak lagi hidup di Bumi. Saat ini, Galileo Galilei
adalah salah satu ilmuwan yang disegani. Ilmu warisannya menjadi warisan tak
ternilai bagi peradaban manusia di Bumi.
Baik
Copernicus maupun Galileo, tidak hanya asal mengeluarkan pendapat. Mereka
mengadakan pengamatan yang tidak sebentar. Dari pengamatan menggunakan teleskop
itu mereka dapat menyimpulkan bahwa Bumi mengelilingi Matahari. Matahari adalah
pusat tata surya yang dikelilingi oleh planet-planet. Selain planet yang kita
huni ini, masih banyak benda langit lainnya yang mengelilingi Matahari. Ada
planet lain, bulan/satelit, asteroid, dan komet.
Salah
satu kekonyolan orang-orang yang percaya bentuk Bumi datar adalah mereka dapat
menerima kalau benda-benda langit lainnya berbentuk bulat. Bumi adalah tempat yang
spesial yang menjadi pusat semesta sehingga bentuknya datar. Mereka juga
meyakini bahwa di kutub Bumi ada dinding yang tidak dapat ditembus. Keyakinan
ini terdengar seperti cerita fiksi bagi saya. Dalam cerita fiksi, semua dapat
terjadi. Saya juga sering menulis fiksi namun tetap memasukkan unsur logika di
dalamnya.
“Bukti”
lain yang mereka ajukan adalah pesawat bisa terbang dengan ketinggian tetap di
atas Bumi. Menurut teori itu, kalau Bumi memang bulat, berarti ketinggiannya
akan berubah karena permukaan Bumi yang melengkung. Hmmm… Kalau untuk memahami
yang ini memang perlu proses belajar yang cukup lama untuk dapat
memperhitungkan ketinggian, kecepatan, percepatan gravitasi, dll. Secara
singkatnya dapat dijelaskan bahwa permukaan Bumi sangat luas dibandingkan
dengan pesawat apalagi manusia yang menjadi penumpangnya. Itu membuat
lengkungan Bumi tidak terlihat dan terasa.
Secara
sadar saya tahu pandangan Bumi datar itu salah dan ketinggalan zaman. Awalnya
saya tidak terlalu mempersoalkan orang yang meyakini teori ini sampai saya
melihat cukup banyak orang yang share
tentang hal ini di media sosial. Beberapa dikaitkan dengan keyakinan dan agama.
Nah, ini dia yang membuat saya agak khawatir.
Di
negeri ini, apa saja yang terkait dengan agama, sepertinya agak tabu untuk
dipertanyakan. Saya khawatir pemahaman ini diterima oleh anak-anak kecil
penerus bangsa. Anak-anak itu akan berkembang dengan pemahaman ini. Buntutnya,
mungkin saja mereka mengingkari semua teknologi yang dalam perkembangannya
memperhitungkan bahwa Bumi itu bentuknya bulat. Teknologi yang paling
berpengaruh pada kehidupan banyak orang adalah teknologi satelit. Teknologi in
imemudahkan komunikasi penduduk Bumi, mungkin termasuk orang-orang yang
meyakini Bumi datar itu.
Orang-orang
yang meyakini Bumi datar itu tentunya belum pernah ke luar angkasa. Kalau sudah
pernah, mereka dapat melihat langsung bahwa tanah yang mereka pijak makin jauh
akan berubah menjadi planet berwarna mayoritas biru. Cara ini berbiaya mahal
dan tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk dapat ke luar angkasa.
Ada
cara mudah untuk membuktikan bahwa Bumi itu bulat, yaitu dengan melihat
Matahari terbenam dan melihat kapal yang datang dari kejauhan lautan. Saat
Matahari terbenam akan terlihat garis
khayal bernama horison yang bentuknya melengkung. Kapal yang datang terlihat
mulai dari bagian atasnya. Kalau Bumi itu datar, kita akan dapat melihat kapal
secara utuh walaupun jaraknya jauh.
Bentuk
Bumi sebenarnya tidak bulat-bulat amat. Bentuknya agak lonjong. Diameter di garis
khatulistiwa lebih besar dibandingkan dengan bagian kutubnya. Sudah ada
penelitian dan pengukuran untuk hal itu. Itu artinya Bumi tidak bulat sempurna,
namun bukan berati pula bahwa Bumi itu datar. {ST}