Ana

Sabtu, 20 Agustus 2016

Bumi Itu Bulat atau Datar (?)




            Akhir-akhir ini muncul lagi pendapat tentang bentuk Bumi yang datar. Ada beberapa orang atau kelompok yang mempertanyakan bentuk planet yang kita huni ini. Beberapa orang mengutarakannya di media sosial, ada juga yang menyertakan “bukti” dari para ahli dan dari beberapa naskah kuno.

            “Bukti” yang diajukan itu konon kabarnya ada pula yang berasal dari Alkitab. Entah Alkitab yang mana, ya. Sepertinya bukan yang biasa saya baca. Atau mungkin saja mereka asal kutip tanpa paham konteksnya. Padahal, untuk dapat membaca dan mengerti Alkitab itu harus mengerti konteksnya.

            Ada pula pernyataan yang mengatakan kalau anggapan bahwa Bumi itu bulat artinya melanggar ajaran agama. Entah agama yang mana. Kalau agama Kristen, sih, memang pernah. Kejadian itu terjadi beberapa ratus tahun yang lalu. Sekarang sudah tidak lagi karena orang-orang Kristen sudah dapat menerima kebenaran ini. Jadi, kalau saat ini dibicarakan lagi, artinya orang itu ketinggalan zaman beberapa abad. Ketinggalannya bahkan melebihi zaman kolonial Belanda di Indonesia. Zaman telah berganti beberapa generasi dan masih ada saja orang yang meyakini pemahaman itu.

            Teori bahwa Bumi itu bulat dan mengelilingi Matahari diungkapkan pertama kali oleh Nicolaus Copernicus. Teorinya ini ditentang oleh banyak orang terutama para ulama Kristen pada saat itu. Sebelumnya, manusia penduduk Bumi hanya tahu bahwa Bumi adalah pusat dari alam semesta. Keterbatasan manusia saat itu memang menghalangi pengetahuan bahwa dunia ini tidak hanya terdiri dari sebuah tempat bernama Bumi.

            Teori ini kemudian juga didukung oleh Galileo Galilei. Dukungannya ini membuatnya dikucilkan seumur hidupnya oleh gereja. Namanya baru dipulihkan beberapa ratus tahun kemudian saat dia sudah tak lagi hidup di Bumi. Saat ini, Galileo Galilei adalah salah satu ilmuwan yang disegani. Ilmu warisannya menjadi warisan tak ternilai bagi peradaban manusia di Bumi.

            Baik Copernicus maupun Galileo, tidak hanya asal mengeluarkan pendapat. Mereka mengadakan pengamatan yang tidak sebentar. Dari pengamatan menggunakan teleskop itu mereka dapat menyimpulkan bahwa Bumi mengelilingi Matahari. Matahari adalah pusat tata surya yang dikelilingi oleh planet-planet. Selain planet yang kita huni ini, masih banyak benda langit lainnya yang mengelilingi Matahari. Ada planet lain, bulan/satelit, asteroid, dan komet.

            Salah satu kekonyolan orang-orang yang percaya bentuk Bumi datar adalah mereka dapat menerima kalau benda-benda langit lainnya berbentuk bulat. Bumi adalah tempat yang spesial yang menjadi pusat semesta sehingga bentuknya datar. Mereka juga meyakini bahwa di kutub Bumi ada dinding yang tidak dapat ditembus. Keyakinan ini terdengar seperti cerita fiksi bagi saya. Dalam cerita fiksi, semua dapat terjadi. Saya juga sering menulis fiksi namun tetap memasukkan unsur logika di dalamnya.

            “Bukti” lain yang mereka ajukan adalah pesawat bisa terbang dengan ketinggian tetap di atas Bumi. Menurut teori itu, kalau Bumi memang bulat, berarti ketinggiannya akan berubah karena permukaan Bumi yang melengkung. Hmmm… Kalau untuk memahami yang ini memang perlu proses belajar yang cukup lama untuk dapat memperhitungkan ketinggian, kecepatan, percepatan gravitasi, dll. Secara singkatnya dapat dijelaskan bahwa permukaan Bumi sangat luas dibandingkan dengan pesawat apalagi manusia yang menjadi penumpangnya. Itu membuat lengkungan Bumi tidak terlihat dan terasa.

            Secara sadar saya tahu pandangan Bumi datar itu salah dan ketinggalan zaman. Awalnya saya tidak terlalu mempersoalkan orang yang meyakini teori ini sampai saya melihat cukup banyak orang yang share tentang hal ini di media sosial. Beberapa dikaitkan dengan keyakinan dan agama. Nah, ini dia yang membuat saya agak khawatir.

            Di negeri ini, apa saja yang terkait dengan agama, sepertinya agak tabu untuk dipertanyakan. Saya khawatir pemahaman ini diterima oleh anak-anak kecil penerus bangsa. Anak-anak itu akan berkembang dengan pemahaman ini. Buntutnya, mungkin saja mereka mengingkari semua teknologi yang dalam perkembangannya memperhitungkan bahwa Bumi itu bentuknya bulat. Teknologi yang paling berpengaruh pada kehidupan banyak orang adalah teknologi satelit. Teknologi in imemudahkan komunikasi penduduk Bumi, mungkin termasuk orang-orang yang meyakini Bumi datar itu.

            Orang-orang yang meyakini Bumi datar itu tentunya belum pernah ke luar angkasa. Kalau sudah pernah, mereka dapat melihat langsung bahwa tanah yang mereka pijak makin jauh akan berubah menjadi planet berwarna mayoritas biru. Cara ini berbiaya mahal dan tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk dapat ke luar angkasa.

            Ada cara mudah untuk membuktikan bahwa Bumi itu bulat, yaitu dengan melihat Matahari terbenam dan melihat kapal yang datang dari kejauhan lautan. Saat Matahari  terbenam akan terlihat garis khayal bernama horison yang bentuknya melengkung. Kapal yang datang terlihat mulai dari bagian atasnya. Kalau Bumi itu datar, kita akan dapat melihat kapal secara utuh walaupun jaraknya jauh.

            Bentuk Bumi sebenarnya tidak bulat-bulat amat. Bentuknya agak lonjong. Diameter di garis khatulistiwa lebih besar dibandingkan dengan bagian kutubnya. Sudah ada penelitian dan pengukuran untuk hal itu. Itu artinya Bumi tidak bulat sempurna, namun bukan berati pula bahwa Bumi itu datar. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini