Saat ini Indonesia sedang dihebohkan
oleh kasus kopi bersianida yang merenggut nyawa WM. J, teman korban, menjadi
terdakwanya. Peristiwa ini menjadi berita di banyak media. Pengusutan dan
persidangannya menarik perhatian orang banyak.
Peristiwa ini pernah pula menarik
sedikit perhatian saya. Itu karena semua orang membicarakan tentang hal ini.
Saya pun menjadi tergelitik untuk mengetahuinya. Saya mencari informasinya di
internet. Cukup mudah mendapatkannya. Beritanya ada di mana-mana. Saya tidak
akan menceritakannya di sini.
Berita ini kerap pula menjadi breaking news, berita yang dianggap
sangat penting sampai bisa menggeser jam siaran proram lain. Saya beberapa kali
menyaksikan breaking news yang
beritanya adalah persidangan kasus ini. Bahkan ada pula siaran langsung dari
ruang sidang.
Saya mengetahuinya karena TV yang
menayangkan breaking news itu
letaknya tidak jauh dari tempat duduk saya di kantor. Tanpa saya kehendaki saya
mendengar tayangan itu walaupun tidak menyimak. Saat ini saya sangat tidak suka
dengan tayangan itu. Menurut saya berjam-jam menayangkan acara persidangan
tidak terlalu berguna, terutama bagi saya. Rasa tidak suka itu bahkan sudah
berubah menjadi muak.
Teman-teman saya yang lain ternyata
sangat menantikan update dari kasus ini. Sayangnya mereka tidak bisa menyimak
langsung tayangan di TV. Sayalah yang kemudian ditanyakan tentang update-nya. Dengan jujur saya katakan
bahwa saya tidak tahu karena saya tidak suka. Saya juga tidak terlalu peduli
dengan hasilnya. Saya hanya peduli keadilan harus ditegakkan dalam kasus ini,
dan kepedulian itu tidak harus ditunjukkan dengan menonton persidangan
berjam-jam.
Selesai tayangan di persidangan,
reporter menanyai beberapa orang pengunjung sidang. Ternyata ada beberapa
pengunjung sidang yang datang khusus karena ingin tahu. Mereka tidak punya
hubungan kekerabatan dengan orang-orang yang terlibat di persidangan itu. Rasa
ingin tahu itu membuat seorang ibu turut menghadiri persidangan itu lebih dari
sekali. Saya sempat geleng-geleng kepala mendengarnya. Sepertinya ibu itu punya
banyak waktu luang sampai-sampai menghabiskan banyak waktu untuk hadir ke
persidangan. Sedangkan saya yang menonton dari TV saja bosannya ampun-ampunan.
Ingin rasanya saya mematikan TV itu
atau mengganti salurannya. Saya urung melakukan itu karena saya sadar itu
adalah perbuatan yang egois. Saya akhirnya memilih mendengarkan musik dan fokus
pada tulisan yang sedang saya kerjakan. {ST}