Ana

Senin, 18 Juli 2016

Vaksin Impor yang Dipalsukan




            Saya cukup mengikuti berita tentang vaksin. Selain tentang vaksin palsu yang sedang heboh di tanah air, saya juga memberi perhatian pada penemuan vaksin baru. Vaksin baru yang akan membuat kehidupan manusia di planet ini lebih baik. Saya telah menulis beberapa artikel pendek tentang vaksin di media anak tempat saya numpang berkarya. Selain menjadi pengetahuan, saya berharap anak-anak yang membacanya menjadi terinspirasi untuk menemukan vaksin baru atau teknologi baru yang berguna bagi umat manusia.
            Sebelumnya, saya pernah menuliskan pendapat saya tentang pembuat vaksin palsu. Perbuatannya meresahkan banyak orang, terutama orang tua yang anaknya mendapatkan vaksin pada periode beredarnya vaksin itu. Bayangkan saja, sudah 13 tahun para pemalsu vaksin itu beraksi.
Keresahan itu makin bertambah ketika pemerintah mengumumkan rumah sakit mana saja yang menggunakan vaksin palsu tersebut. Ada 14 fasilitas kesehatan yang menggunakan vaksin palsu itu. Para orang tua yang anaknya pernah mendapat vaksinasi si rumah sakit ini langsung bergerak gelisah. Saya sempat menonton beritanya. Ada yang sampai ricuh menjelang rusuh karena ada orang tua yang sangat emosional. Orang tua itu dikabarkan mau memukul dokternya. Perbuatan pemukulan memang tidak dapat dibenarkan, namun semua orang pasti dapat memaklumi kemarahannya.
            Vaksin yang dipalsukan kebanyakan adalah vaksin impor yang berharga mahal. Vaksin wajib yang berharga murah bahkan gratisan tidak dipalsukan. Dapat dipahami juga, sih. Kalau niatnya mau cari untung, pasti yang dipalsukan yang harganya mahal, bukan yang murah. Apalagi yang gratisan.
            Setelah ditelusuri, ternyata banyak yang memilih vaksin impor karena mengira kualitasnya lebih baik. Ada yang mengatakan kalau menggunakan vaksin impor, anak tidak akan demam. Demam sebenarnya adalah reaksi normal bagi orang yang mendapat vaksin. Vaksinasi artinya memasukkan penyakit yang sudah dilemahkan/dijinakkan ke dalam tubuh. Wajar saja bila tubuh bereaksi dengan menjadi demam. Demam selama beberapa hari itu dapat dikatakan semacam persyaratan untuk sehat seumur hidup.
            Bayi yang demam memang merepotkan. Tentunya sang bayi akan rewel terus-terusan. Orang tua pun mungkin tak tega membiarkan anaknya demam berhari-hari. Membayar mahal demi tidak demam adalah pilihan yang banyak diambil. Vaksin impor konon kabarnya dapat memberikan solusi. Dengan vaksin berharga mahal itu, anak tidak perlu mengalami demam. Orang tua tak perlu kerepotan.
            Setelah mencuatnya kasus vaksin palsu, timbul pemikiran bahwa wajar saja kalau yang mendapat vaksin impor tidak demam. Wong vaksinnya palsu. Ada yang mengatakan isinya hanya air garam, bahkan air biasa. Tidak ada pengaruhnya sama sekali kalau dimasukkan ke dalam tubuh manusia. Tubuh tidak demam, namun tidak pula memiliki daya tahan atas penyakit itu.
            Dalam sebuah artikel yang saya baca, vaksin buatan Indonesia kualitasnya cukup baik. Kualitasnya diakui oleh WHO, badan kesehatan dunia. Vaksin made in Indonesia ini bahkan diekspor ke 132 negara. Suatu prestasi yang cukup membanggakan. Informasi ini mungkin tidak diketahui oleh masyarakat. Pendapat yang menganggap semua hal yang impor selalu lebih baik makin membuat pamor vaksin dalam negeri makin terpuruk.
            Dengan adanya kasus vaksin palsu yang beredar selama bertahun-tahun ini, terungkaplah bahwa distribusi vaksin di Indonesia kurang baik. Kontrol pemerintah sangat lemah. Perusahaan farmasi dapat langsung menghubungi rumah sakit, dokter, dan bidan yang kemudian akan memberikannya kepada pasien.
            Harus disyukuri juga Presiden Jokowo cukup peduli dengan adanya kasus vaksin palsu ini. Semoga pemalsuan vaksin itu aapt diusut sampai tuntas dan distribusi vaksin di tanah air akan lebih baik. {ST}

Baca juga:

Popular Posts

Isi blog ini