Saya cukup mengikuti berita tentang
vaksin. Selain tentang vaksin palsu yang sedang heboh di tanah air, saya juga
memberi perhatian pada penemuan vaksin baru. Vaksin baru yang akan membuat
kehidupan manusia di planet ini lebih baik. Saya telah menulis beberapa artikel
pendek tentang vaksin di media anak tempat saya numpang berkarya. Selain menjadi
pengetahuan, saya berharap anak-anak yang membacanya menjadi terinspirasi untuk
menemukan vaksin baru atau teknologi baru yang berguna bagi umat manusia.
Sebelumnya, saya pernah menuliskan
pendapat saya tentang pembuat vaksin palsu. Perbuatannya meresahkan banyak
orang, terutama orang tua yang anaknya mendapatkan vaksin pada periode
beredarnya vaksin itu. Bayangkan saja, sudah 13 tahun para pemalsu vaksin itu
beraksi.
Keresahan itu
makin bertambah ketika pemerintah mengumumkan rumah sakit mana saja yang
menggunakan vaksin palsu tersebut. Ada 14 fasilitas kesehatan yang menggunakan
vaksin palsu itu. Para orang tua yang anaknya pernah mendapat vaksinasi si
rumah sakit ini langsung bergerak gelisah. Saya sempat menonton beritanya. Ada
yang sampai ricuh menjelang rusuh karena ada orang tua yang sangat emosional.
Orang tua itu dikabarkan mau memukul dokternya. Perbuatan pemukulan memang
tidak dapat dibenarkan, namun semua orang pasti dapat memaklumi kemarahannya.
Vaksin yang dipalsukan kebanyakan
adalah vaksin impor yang berharga mahal. Vaksin wajib yang berharga murah
bahkan gratisan tidak dipalsukan. Dapat dipahami juga, sih. Kalau niatnya mau
cari untung, pasti yang dipalsukan yang harganya mahal, bukan yang murah.
Apalagi yang gratisan.
Setelah ditelusuri, ternyata banyak
yang memilih vaksin impor karena mengira kualitasnya lebih baik. Ada yang
mengatakan kalau menggunakan vaksin impor, anak tidak akan demam. Demam
sebenarnya adalah reaksi normal bagi orang yang mendapat vaksin. Vaksinasi
artinya memasukkan penyakit yang sudah dilemahkan/dijinakkan ke dalam tubuh.
Wajar saja bila tubuh bereaksi dengan menjadi demam. Demam selama beberapa hari
itu dapat dikatakan semacam persyaratan untuk sehat seumur hidup.
Bayi yang demam memang merepotkan.
Tentunya sang bayi akan rewel terus-terusan. Orang tua pun mungkin tak tega
membiarkan anaknya demam berhari-hari. Membayar mahal demi tidak demam adalah
pilihan yang banyak diambil. Vaksin impor konon kabarnya dapat memberikan
solusi. Dengan vaksin berharga mahal itu, anak tidak perlu mengalami demam.
Orang tua tak perlu kerepotan.
Setelah mencuatnya kasus vaksin
palsu, timbul pemikiran bahwa wajar saja kalau yang mendapat vaksin impor tidak
demam. Wong vaksinnya palsu. Ada yang mengatakan isinya hanya air garam, bahkan
air biasa. Tidak ada pengaruhnya sama sekali kalau dimasukkan ke dalam tubuh
manusia. Tubuh tidak demam, namun tidak pula memiliki daya tahan atas penyakit
itu.
Dalam sebuah artikel yang saya baca,
vaksin buatan Indonesia kualitasnya cukup baik. Kualitasnya diakui oleh WHO,
badan kesehatan dunia. Vaksin made in
Indonesia ini bahkan diekspor ke 132 negara. Suatu prestasi yang cukup
membanggakan. Informasi ini mungkin tidak diketahui oleh masyarakat. Pendapat
yang menganggap semua hal yang impor selalu lebih baik makin membuat pamor
vaksin dalam negeri makin terpuruk.
Dengan adanya kasus vaksin palsu
yang beredar selama bertahun-tahun ini, terungkaplah bahwa distribusi vaksin di
Indonesia kurang baik. Kontrol pemerintah sangat lemah. Perusahaan farmasi
dapat langsung menghubungi rumah sakit, dokter, dan bidan yang kemudian akan
memberikannya kepada pasien.
Harus disyukuri juga Presiden Jokowo
cukup peduli dengan adanya kasus vaksin palsu ini. Semoga pemalsuan vaksin itu
aapt diusut sampai tuntas dan distribusi vaksin di tanah air akan lebih baik. {ST}
Baca juga: