Ana

Selasa, 19 Juli 2016

Motivator Nomor Satu (?)




            Saat ini cukup banyak orang yang memilih menjadi motivator profesional. Ya, motivator telah menjadi profesi. Seorang motivator mendapatkan imbalan dengan memberikan motivasi. Profesi ini bertambah gengsinya karena banyak orang yang memerlukan motivasi dalam hidupnya.
            Saya beberapa kali menghadiri acara atau kelas di mana ada seorang motivator yang menjadi pembicaranya. Biasanya, mereka memang dapat membangkitkan antusiasme dan semangat para peserta sehingga menjadi tambah semangat. Ada juga yang membeberkan isi buku-buku terkenal dan menyampaikannya secara lisan.
            Sebagian lainnya menjadi penulis buku sekalian pembicaranya. Ini bahkan menjadi profesi tersendiri. Umumnya mereka mengaku sebagai ACT (author, coach, trainer). Coaching dan training yang mereka bawakan terkait dengan buku yang mereka tulis.
            Saya pribadi menyambut gembira banyaknya motivator dan ACT di Indonesia. Motivasi adalah salah satu bahan bakar untuk membuat dunia ini lebih baik. Makin banyak motivator, makin banyak orang yang termotivasi. Semoga saja makin banyak karya yang dihasilkan untuk kebaikan di dunia ini.
            Suatu kali saya pernah mencari info siapakah sebenarnya motivator paling top di negeri ini. Alangkah kagetnya saya, ternyata banyak sekali motivator yang mengaku nomor 1. Jari tangan sampai tak cukup untuk menghitung orang yang mengaku sebagai motivator nomor 1. Entah apa yang menjadi ukuran sehingga membuat dia menjadi motivator nomor 1.
            Saya tidak tahu apa latar belakang pengakuan itu. Tentunya mereka memang menginginkan sebagai yang nomor 1. Orang yang paling utama dan paling terkenal. Prestasi ini tidak hanya menghasilkan gengsi, namun juga menghasilkan rezeki dari datangnya order. Namun, keinginan tidak selalu sama dengan kenyataan. Kalau benar-benar ada peringkatnya, dengan indikator yang jelas, tidak mungkin ada banyak sekali motivator nomor 1. Pengakuan seperti ini seakan-akan seperti bualan saja.
Pengakuan nomor 1 itu seakan tidak lagi penting, hanya sebagai iming-iming jualan. Sama halnya seperti penjual properti yang mengatakan sebentar lagi akan naik harga. Sudah tidak banyak lagi orang yang termakan dengan jurus bujuk rayu ini.
            Motivator tebaik untuk kita sebenarnya adalah diri kita sendiri. Kalau kita bisa menguasai diri kita sendiri, kita tidak perlu motivator tambahan apalagi dari orang yang tidak kita kenal. Memang tidak bisa dipungkiri kalau hidup itu ada naik dan turunnya. Motivasi diri sendiri belum tentu bisa dilakukan setiap saat. Menurut saya, motivator yang tulus itu memberikan motivasi karena kepedulian, karena kasih. Bukan karena menginginkan penghargaan dan imbalan.
            Ada beberapa orang yang tidak mau menghadiri acara motivasi. Dapat dikatakan alergi motivator. Alasannya karena yang disampaikan oleh motivator adalah omong kosong karena mereka belum pernah melakukannya. Tadinya saya memandang aneh orang yang seperti ini. Baru setelah browsing tentang motivator nomor 1 itulah saya dapat memahami. Mungkin saja dia pernah bertemu beberapa orang yang mengaku sebagai motivator nomor 1.
            Saya tidak alergi motivator. Mendengarkan mereka adalah salah satu kesempatan belajar dan mungkin hiburan. Ada cukup banyak motivator yang menggunakan cara komunikasi yang menarik. Ada yang bercerita, ada juga yang lucu. Hmmm… Ada juga sih yang membosankan dan menyebalkan. Saat itu dia menjelaskan sebuah teori seakan-akan dia yang menciptakan. Saya tahu teori itu adalah hasil pemikiran orang lain bahkan sudah dibukukan. Khusus yang ini, saya keluar kelas dan tidak kembali lagi.
            Seperti saya ungkapkan sebelumnya, saya menyambut gembira ada banyak motivator ini negeri ini. Rakyat Indonesia yang banyak sekali ini apabila memiliki motivasi yang baik akan memiliki kekuatan besar untuk membuat dunia lebih baik. Dan siapakah motivator nomor satu bagi  saya? Tentu saja saya sendiri. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini