Kain batik sudah lama menjadi
kekayaan negeri kita. Sebelum adanya pewarna buatan, batik diwarnai dengan
pewarna alami. Alami artinya berasal dari alam. Sumbernya tidak jauh-jauh,
hanya dari sekitar tempat tinggal.
Kayu jati
untuk pewarna merah kecokelatan. Kayu nangka untuk pewarna kuning muda. Kunyit
untuk pewarna kuning. Manggis untuk pewarna keunguan. Yang paling menarik bagi
saya adalah rumput malu. Rumput malu juga dapat digunakan sebagai pewarna alami
untuk menghasilkan warna kehijau-hijauan.
Saat ini, ada cukup banyak orang
yang ingin membangkitkan kembali kekayaan negeri warisan leluhur itu. Mereka
membuat batik yang diwarnai dengan pewarna alami. Batik jenis ini membuatnya
lebih susah, perawatannya pun tidak mudah. Harganya lebih mahal.
Saya bisa memahami harganya yang
lebih mahal. Harga adalah tebusan dari proses pembuatannya yang tidak mudah dan
perlu waktu lama. Kain batik yang diwarnai dengan pewarna alami ini kebanyakan
batik tulis, dikerjakan dengan tangan. Selembar kain batik tulis yang diwarnai
dengan pewarna alam dapat disamakan dengan sebuah karya seni.
Pewarna alami ini cukup menarik
perhatian saya. Mungkin suatu saat nanti saya akan mencoba membuatnya sendiri.
Berhasil atau tidaknya akan saya catat di blog ini. {ST}
Baca juga: