Ada beberapa orang yang
menganggap kalau kata driver lebih
keren dibandingkan supir. Supir atau sopir dianggap sebagai sebutan yang
merendahkan, sedangkan driver
dianggap lebih keren karena dianggap sebagai orang yang memegang kendali. Atau
mungkin juga dianggap keren karena berasal dari bahasa asing. Entahlah.
Bagi saya, istilah ini
sama saja dan tidak perlu diperdebatkan. Dibahas sedikit bolehlah. Saya akan
sedikit membahasnya di sini. Membahas tentang bagaimana tidak pentingnya
membahas hal ini hehehe…. Saya kemudian lebih sering menggunakan kata pengemudi,
baik secara lisan maupun tulisan. Kata “pengemudi” sepertinya lebih netral.
Istilah driver dan
supir menjadi agak terkenal karena adanya transportasi berbasis online
akhir-akhir ini. Umumnya para pengemudi angkutan online disebut sebagai driver,
baik itu angkutan roda 4 ataupun roda 2. Beberapa pengemudi merasa bangga
dengan profesinya ini. Ada yang merasa mereka mengalami peningkatan taraf
hidup. Berbeda nasibnya dengan supir angkutan umum lainnya.
Dari perbincangan
dengan seorang “driver” barulah saya
memahami mengapa kata supir berkonotasi tidak lebih baik dibandingkan driver.
Kata supir identik dengan seorang pekerja yang bekerja untuk pihak lain,
biasanya taraf hidupnya pas-pasan atau memprihatinkan. Contohnya seperti supir
angkot, bemo, atau angkutan umum lainnya. Supir taksi dan supir pribadi
termasuk yang penghasilannya pas-pasan. Sedangkan driver adalah seorang yang lebih independen, tidak terikat pada 1
majikan, dan taraf hidupnya bisa lebih baik tergantung pada kerja kerasnya.
Saya sebenarnya tidak
terlalu setuju dengan penjelasan itu. Namun saya tidak mendebat dan membahasnya
lebih lanjut. Seperti yang saya tuliskan sebelumnya di artikel ini, sebutan ini
bukanlah hal yang perlu diperdebatkan. {ST}