Beberapa waktu yang lalu, saya
membaca berita tentang lepas liar satwa yang selama ini dikaryakan untuk
sirkus. Saya belum sempat membaca berita ini hingga tuntas, namun saya sudah
menangkap inti beritanya. Intinya satwa liar itu sudah seharusnya tinggal di
alam liar, habitat aslinya.
Bila dibaca sekilas, ini adalah
kabar baik. Hewan liar di satwa liar. Bukankah memang seharusnya seperti itu?
Namun kalau dicermati, ini bukanlah kabar baik bagi hewan itu sendiri. Mungkin
ini adalah kabar buruk yang akan membawa kematiannya.
Satwa liar yang digunakan untuk
atraksi sirkus biasanya sudah dipelihara sejak kecil. Sejak kecil pula mereka
dilatih supaya dapat melakukan atraksi. Mereka pun mendapatkan makanan yang
cukup serta tempat tinggal yang memadai. Mereka hanya terlihat liar, namun
sebenarnya jinak, apalagi kalau sudah berada di tangan pawangnya.
Satwa liar itu kemungkinan besar
tidak memiliki keterampilan sedikit pun untuk mencari makanannya sendiri.
Makanan satwa liar, terutama yang karnivora, tidak ditemukan secara bebas di
alam. Makanan itu harus diburu. Mereka harus menjadi pemburu, bersaing dengan
pemburu lainnya yang sudah lebih berpengalaman.
Melepasliarkan satwa sirkus bukanlah
hal yang mudah. Mereka harus dibekali dulu dengan keterampilan untuk mencari
makan dan bertahan hidup. Keterampilan seperti itu tidak mudah untuk diajarkan,
bahkan kepada manusia, makhluk yang berakal budi itu. Tahap ini disebut tahap
rehabilitasi. Biasanya ada beberapa lembaga yang khusus mengurusi masalah yang
seperti ini. Entahlah untuk para satwa liar yang pernah bekerja di sirkus itu. Semoga
saja satwa pekerja sirkus itu dapat menemukan jalan hidupnya di alam bebas. {ST}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar