Salah satu hal yang paling saya
ingat dari rumah kami di Palangkaraya adalah kodoknya. Tepatnya bunyi kodoknya.
Bunyi kodok ini turut mengiringi malam-malam pertumbuhan saya selama
bertahun-tahun. Saat bunyi kodok terdengar, artinya saya sudah harus masuk ke
rumah, tidak boleh lagi bermain di halaman. Bunyi kodok juga menjadi pengantar
tidur. Mendengar bunyi kodok yang konsisten, membuat kantuk perlahan datang.
Ketika pindah ke Jakarta, saya
kehilangan bunyi kodok. Di tempat tinggal saya yang berada di tengah DKI
Jakarta, sudah tidak ada kodok yang bunyinya meramaikan gelapnya malam. Saya
akhirnya cukup terbiasa dengan malam tanpa bunyi kodok.
Saya tidak
terlalu mengingat bunyi kodok ini sampai akhirnya saya mendengarnya kembali.
Saya mendengarnya ketika pulang ke rumah orang tua saya di Palangkaraya. Saya
tidak hanya bertemu dengan bunyi kodok, tetapi juga dengan kodoknya. Kodok
rumah kami itu ada di teras depan rumah. Ini dia fotonya. {ST}