Ana

Jumat, 25 Maret 2016

Taksi Biru Saat Jalanan Macet




            Reputasi taksi di Jakarta sedang rusak akibat ulah beberapa oknum. Beberapa hari yang lalu, supir taksi berdemonstrasi menentang adanya transportasi dengan mengunakan aplikasi online. Demonstrasi itu berakhir dengan ricuh. Pake ada tawuran segala.

Oknum supir taksi berseragam biru itu ada yang menjadi provokatornya. Informasi ini beredar di media sosial. Tergambar update status sang supir provokator dengan senjata tajam yang akan digunakannya untuk “berperang”. Selain itu, beredar pula pengrusakan mobil taksi warna biru oleh orang-orang berseragam biru. Aksi ini membuat banyak orang berpandangan negatif pada taksi yang biasanya dikenal dengan reputasi baiknya ini.

Sore itu, saya sebenarnya tidak dengan sengaja naik taksi biru. Reputasinya yang agak rusak baru-baru ini turut mempengaruh penilaian saya. Awalnya saya memilih menggunakan Grab Car, aplikasi transportasi online yang cukup sering saya gunakan. Entah mengapa, aplikasi ini agak susah digunakan. Lola. Loading-nya lama. Padahal waktu terus berjalan.

Saya sudah harus pergi kalau mau tiba tepat waktu di tujuan. Tujuan saya adalah ke Bandara Soekarno-Hatta. Saya mencadangkan waktu 3 jam sebelum terbang untuk perjalanan ke bandara. Biasanya, waktu 3 jam sudah cukup untuk mencapai bandara tanpa terlambat.

Akhirnya saya pun memanggil taksi biru dengan menggunakan telepon. Nomor telepon saya sudah tercatat pada layanan taksi biru ini. Hanya dengan waktu sebentar, mobil sedan biru itu sudah berada di depan rumah saya.

Perjalanan ke bandara ternyata tidak seperti dugaan saya. Hari itu, Kamis, 24 Maret 2016 jalanan sangat padat. Supir taksi menduga karena itu adalah hari terakhir menjelang libur panjang. Ya, hari itu memang menjadi awal dari long weekend. Libur mulai hari Jumat, yang adalah Jumat Agung.

Kemacetan itu diawali dari dekat rumah. Begitu keluar dari kompleks, kami sudah dihadang antrean kendaraan yang bergerak perlahan. Perjalanan berjalan cukup lancar ketika memasuki jalan tol. Supir taksi bernama Jul itu melaju sambil mencari peluang untuk dapat bergerak lebih bebas. Ia menggerakkan mobilnya dengan lincah di celah yang kosong.

Bagaimanapun kerasnya usaha Jul, tetap tidak ada artinya ketika makin mendekati Bandara Soekarno-Hatta. Jalanan sangat padat. Pergerakan sangat lambat. Saya betul-betul gelisah setiap menitnya. Gelisah karena waktu penerbangan makin dekat namun tak kunjung sampai.

Setengah jam sebelum jam penerbangan, saya sangat gelisah. Walaupun mulut saya diam saja, tangan saya tidak. Tanpa sadar tangan saya mengetuk-ngetuk tanpa henti.

“Maaf, gak bisa sampai tepat waktu. Saya sudah usaha semampunya,” kata supir itu.

“Iya, gak papa,” jawab saya.

Saya tahu dia memang sudah berbuat yang terbaik. Usahanya itu tidak hanya dengan mencari jalan yang bisa dilalui. Dia juga menggunakan kartu e-toll miliknya untuk mempercepat transaksi di gardu tol. Kalau bapak ini supir transportasi berbasis online, saya akan memberikan bintang lima padanya. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini