Halaman depan harian Kompas hari
Senin, 21 Maret 2016 menarik perhatian saya. Gambar paling besar di halaman
depan ini adalah gambar gajah bersama dengan pawangnya. Di samping gambar itu
ada berita tentang konflik yang terjadi hampir setiap hari antara gajah dan
manusia.
Sudah beberapa lama ini, saya
memiliki keterkaitan dengan gajah. Bukan hanya karena saya suka gajah. Saya
adalah orang yang ada di belakang kisah gajah yang ada di sebuah majalah anak.
Gajah itu digambarkan sebagai gajah kecil baik hati, suka menolong, dan pandai
memecahkan masalah. Kadang-kadang, saya merasa diri saya adalah gajah kecil ini.
Gajah, si pemilik gading, sering
ditemukan tanpa nyawa dengan gading yang hilang. Tidak perlu berpikir untuk
mengetahui bahwa manusialah yang bertanggung jawab atas kehilangan nyawa
binatang besar itu. Selain diambil gadingnya, banyak pula yang memburu gajah
karena gajah dianggap pengacau. Ya, gajah memang sering ditemukan merusak hutan
dan lahan.
Konlik antara gajah dan manusia
sering pula menjatuhkan korban di pihak manusia. Tenaga gajah yang super besar
memang dapat mengalahkan manusia yang paling kuat sekalipun. Dalam berita yang
saya baca itu, banyak pula orang yang kehilangan nyawanya karena konflik dengan
gajah.
Konflik antara mansuia dan gajah ini
menjadi perhatian banyak orang. Berbagai lembaga ikut serta dalam pelestarian
gajah. Namun sebenarnya peran serta terbesar yang diperlukan adalah peran serta
penduduk yang bersinggungan dengan gajah. Nah, ini dia perjuangannya. Pandangan
mereka tentang gajah tentunya berbeda dengan orang-orang yang tinggal di kota
besar seperti saya. Mungkin bagi mereka, gajah bukanlah sesuatu yang lucu. Bisa
jadi mereka menganggap gajah sebagai hama, atau juga sesuatu yang menakutkan.
Saya sebenarnya tidak bisa berbuat
banyak untuk pelestarian gajah. Saya hanya bisa berjuang lewat tulisan. Saya
cukup sering menulis tentang gajah. Semoga saja semakin banyak orang yang
peduli pada kehidupan gajah dan pelestariannya. {ST}