Ana

Rabu, 10 Februari 2016

Menulis Tentang Gerhana Matahari Total




            Tanggal 9 Maret 2016 yang akan datang, akan terjadi gerhana matahari total (GMT). Kali ini, saya bertugas untuk menulis pengetahuan tentang gerhana. Pengetahuan ini sebenarnya sudah menjadi pengetahuan umum. Saya mengerti logikanya dan dapat menjelaskannya lengkap dengan bola-bola dan cahaya senternya.

            Menjadi agak berbeda ketika harus menerangkannya dalam kata-kata sederhana yang kelak akan dibaca oleh anak-anak kecil se-Indonesia. Ternyata susah juga, ya. Akhirnya saya memutuskan untuk meminta bantuan ilustrator untuk membuatnya lebih mudah dimengerti. Selain itu, saya akan menambahkan info lainnya.

            Matahari memang telah lama menjadi pusat perhatian makhluk hidup di sepanjang abad dan di segala tempat. Bintang yang paling dekat dengan Bumi ini adalah sumber energi yang sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Penanda waktu pun bisa ada di Bumi ini karena adanya Matahari. Matahari juga menjadi sumber inspirasi bagi banyak sekali karya.

            Dalam pencarian saya tentang gerhana, saya menemukan beberapa mitos tentang gerhana di seluruh penjuru dunia. Kebanyakan agak-agak mirip. Ada sesuatu yang memakan atau menelan sang surya. Ada yang mengatakan Matahari ditelan oleh Batara Kala, naga, coyote, dan aneka makhluk lainnya. Umumnya yang menelana dalah makhluk mengerikan yang juga menakutkan bagi manusia. Yeah…Matahari aja ditelan. Bagaimana dengan manusia? Hampir semua mitos pula menganggap gerhana bukanlah suatu hal yang baik.

            Sebenarnya, dampak buruk gerhana Matahari itu tidak hanya mitos. Gerhana matahari dapat menjadi nasib buruk bagi orang yang melihatnya secara langsung. Sinar Matahari yang sangat terang dapat merusak mata dan mengakibatkan kebutaan.

Dampak buruk ini ditanggapi dengan sangat serius oleh pemerintah RI saat GMT terakhir terjadi. Saat itu adalah tahun 1983. Pemerintah, melalui Menteri Penerangan, melarang semua warga negara untuk keluar ruangan. Semua orang diminta tidak keluar dari rumah, dan semua celah seperti pintu dan jendela harus ditutup. Di beberapa tempat, bahkan ada yang lebih ekstrim lagi. Ada yang menyembunyikan anak-anak kecil di bawah meja atau di dalam lemari. Kalau yang ini mungkin karena terpengaruh cerita makhluk penelan sang surya.

Pemerintah juga melarang para ilmuwan untuk menyelidiki peristiwa fenomenal ini. Beberapa penggemar astronomi bahkan harus berurusan dengan petugas keamanan karena nekat hendak menyaksikan gerhana bersejarah itu. Lain halnya dengan wisatawan dan ilmuwan dari luar negeri, mereka lebih leluasa bergerak dan menikmati pemandangan. Mungkin pemerintah tidak terlalu peduli karena mereka bukan warga negara republik ini. Cukup banyak wiasatawan asing itu yang heran melihat kota-kota di negara kita mendadak seperti kota mati.

            Tahun ini, GMT dapat dilihat di 9 kota di Indonesia, yaitu Muko-muko  (Bengkulu), lalu merambat ke Palembang (Sumatera Selatan), Tanjung Pandan (Bangka Belitung), Sampit  dan Palangkaraya (Kalimantan Tengah), Balikpapan (Kalimantan Timur), Palu, Poso, Luwuk (Sulawesi Tengah), Ternate dan  Sofifi (Maluku Utara). Beberapa dari kota-kota itu telah mulai “menjual” momen ini sejak 2 tahun yang lalu. Beberapa lainnya baru mulai pada awal tahun ini. GMT adalah peristiwa sangat langka yang mungkin hanya bisa kita saksikan sekali seumur hidup.

            Dengan berlalunya waktu, sepertinya pemerintah negeri ini juga lebih bijak menyikapinya. Tentunya cukup banyak yang menyesalkan penanganan gerhana pada tahun 1983. Saat itu GMT dapat dilihat dengan jelas dari Candi Borobudur. Iya benar, Candi Borobudur, candi besar yang terkenal itu. Candi yang tanpa gerhana pun didatangi oleh turis.

Terus terang, saya menyambut gembira tentang hal ini. GMT yang awalnya hanya menarik bagi penggemar astronomi, sekarang sudah menjadi sesuatu yang ngetrend. Trend ini tentunya akan memicu rakyat negeri ini untuk menambah wawasannya. Astronomi dan sains tidak hanya milik orang atau kalangan tertentu.

Selain menambah wawasan banyak orang, GMT ini juga akan meningkatkan pendapatan warga kota yang didatangi para wisatawan. Semoga saja dapat memberi dampak baik bagi semua orang. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini