Mulai
tanggal 21 Februari 2016 yang lalu, kantong plastik tidak gratis lagi. Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengelurkan surat edaran untuk memberlakukan
kantong plastik berbayar di beberapa kota. Surat Edaran Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor S.1230/PSLB3-PS /2016 itu disambut dengan baik oleh
beberapa pihak. Saya juga termasuk yang menyambut baik kebijakan ini.
Sudah
bukan rahasia umum lagi kalau plastik adalah sesuatu yang sangat susah
diuraikan di alam. Bahkan cukup banyak pendapat yang mengatakan kalau plastik
tidak dapat terurai. Banyaknya sampah plastik yang dibuang sembarangan sangat
membahayakan lingkungan. Entah mengapa tidak terlalu banyak orang yang peduli
tentang ini. Padahal orang-orang itu adalah warga planet ini.
Saya
termasuk orang yang cukup peduli dengan banyaknya sampah plastik. Kepedulian
itu saya tunjukkan dengan sesedikit mungkin membuang sampah plastik. Saya juga
berusaha menggunakan kembali plastik yang sudah ada. Misalnya dengan
menggunakan kantong plastik bekas pembelian sesuatu.
Baca juga: Kantong Plastik DilipatSegi Tiga
Salah
satu cara mengurangi kantong plastik adalah dengan membawa kantong sendiri. Kantong
belanja (shopping bag/green bag)
adalah salah satu pengganti kantong plastik yang bisa digunakan kembali.
Kantong belanja ini sempat ngetrend beberapa tahun yang lalu. Trend ini
lama-lama menghilang.
Beberapa
tahun yang lalu, saat saya masih bertugas sebagai merchandiser di sebuah perusahaan retail, saya pernah membeli
kantong belanja untuk dijual lagi. Prosesnya cukup panjang karena ada campur
tangan pihak lain. Padahal barang ini sebenarnya hanya sebagai pelengkap dengan
nilai jual yang tidak begitu besar. Campur tangan pihak lain itu antara lain
untuk desainnya.
Saat itu, perusahaan tempat saya
bekerja mengajak seorang desainer untuk ikut mendesain tas ini. Tas itu jadinya
memang unik, namun tidak ergonomis. Tas karya desainer itu cukup berat dan
hanya bisa menggunakan 1 tangan untuk membawanya. Buat saya yang lebih
mementingkan fungsi bendanya, tas itu nilai fungsinya sangat rendah. Tak
terbayang bagaimana harus membawa barang-barang belanjaan yang berat dengan menggunakan
tas itu.
Tas yang akhirnya saya beli
modelnya biasa saja. Saya lebih memilih mengeksplorasi warna dan gambar tasnya.
Untuk ukurannya, saya hanya memilih 2 ukuran. Saya sangat senang ketika
akhirnya tas itu dipajang di toko-toko. Namun saya tidak terlalu senang melihat
hasil penjualannya. Tas itu termasuk barang slow
moving. Penjualannya makin seret karena semua kasir di jaringan retail itu
sudah langsung memberikan kantong plastik tanpa diminta oleh customer. Terus terang ini bukanlah
hasil yang membanggakan bagi saya.
Setelah saya tidak lagi
bekerja di perusahaan itu, saya masih tetap memikirkan keberadaan tas ini. Ada
sedikit rasa bersalah karena memasukkan barang yang slow moving ke jaringan toko itu. Di sisi lain, saya yakin manusia
Indonesia akhirnya akan sadar juga untuk mengurangi penggunaan kantong plastik.
Saya benar-benar gembira dan
menyambut baik kebijakan plastik berbayar baru-baru ini. Rasanya seperti mimpi
yang menjadi kenyataan. Rasa bersalah akibat membeli barang slow moving turut menghilang. Semoga
saja kebijakan ini benar-benar dapat membantu masalah sampah di planet ini. {ST}