Ana

Selasa, 23 Februari 2016

Kantong Plastik Tidak Gratis




            Mulai tanggal 21 Februari 2016 yang lalu, kantong plastik tidak gratis lagi. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengelurkan surat edaran untuk memberlakukan kantong plastik berbayar di beberapa kota. Surat Edaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor S.1230/PSLB3-PS /2016 itu disambut dengan baik oleh beberapa pihak. Saya juga termasuk yang menyambut baik kebijakan ini.

            Sudah bukan rahasia umum lagi kalau plastik adalah sesuatu yang sangat susah diuraikan di alam. Bahkan cukup banyak pendapat yang mengatakan kalau plastik tidak dapat terurai. Banyaknya sampah plastik yang dibuang sembarangan sangat membahayakan lingkungan. Entah mengapa tidak terlalu banyak orang yang peduli tentang ini. Padahal orang-orang itu adalah warga planet ini.

            Saya termasuk orang yang cukup peduli dengan banyaknya sampah plastik. Kepedulian itu saya tunjukkan dengan sesedikit mungkin membuang sampah plastik. Saya juga berusaha menggunakan kembali plastik yang sudah ada. Misalnya dengan menggunakan kantong plastik bekas pembelian sesuatu.



            Salah satu cara mengurangi kantong plastik adalah dengan membawa kantong sendiri. Kantong belanja (shopping bag/green bag) adalah salah satu pengganti kantong plastik yang bisa digunakan kembali. Kantong belanja ini sempat ngetrend beberapa tahun yang lalu. Trend ini lama-lama menghilang.

            Beberapa tahun yang lalu, saat saya masih bertugas sebagai merchandiser di sebuah perusahaan retail, saya pernah membeli kantong belanja untuk dijual lagi. Prosesnya cukup panjang karena ada campur tangan pihak lain. Padahal barang ini sebenarnya hanya sebagai pelengkap dengan nilai jual yang tidak begitu besar. Campur tangan pihak lain itu antara lain untuk desainnya.

Saat itu, perusahaan tempat saya bekerja mengajak seorang desainer untuk ikut mendesain tas ini. Tas itu jadinya memang unik, namun tidak ergonomis. Tas karya desainer itu cukup berat dan hanya bisa menggunakan 1 tangan untuk membawanya. Buat saya yang lebih mementingkan fungsi bendanya, tas itu nilai fungsinya sangat rendah. Tak terbayang bagaimana harus membawa barang-barang belanjaan yang berat dengan menggunakan tas itu.

Tas yang akhirnya saya beli modelnya biasa saja. Saya lebih memilih mengeksplorasi warna dan gambar tasnya. Untuk ukurannya, saya hanya memilih 2 ukuran. Saya sangat senang ketika akhirnya tas itu dipajang di toko-toko. Namun saya tidak terlalu senang melihat hasil penjualannya. Tas itu termasuk barang slow moving. Penjualannya makin seret karena semua kasir di jaringan retail itu sudah langsung memberikan kantong plastik tanpa diminta oleh customer. Terus terang ini bukanlah hasil yang membanggakan bagi saya.

Setelah saya tidak lagi bekerja di perusahaan itu, saya masih tetap memikirkan keberadaan tas ini. Ada sedikit rasa bersalah karena memasukkan barang yang slow moving ke jaringan toko itu. Di sisi lain, saya yakin manusia Indonesia akhirnya akan sadar juga untuk mengurangi penggunaan kantong plastik.

Saya benar-benar gembira dan menyambut baik kebijakan plastik berbayar baru-baru ini. Rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Rasa bersalah akibat membeli barang slow moving turut menghilang. Semoga saja kebijakan ini benar-benar dapat membantu masalah sampah di planet ini. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini