Yang dimaksud di sini bukan kursi di
dewan perwakilan. Ini adalah kursi di bus kota Transjakarta. Moda transportasi
ini telah menjadi kendaraan saya selama berhari-hari ini. Bus ini dilengkapi
tempat duduk di bagian tepinya, dan tempat untuk berdiri di bagian tengahnya.
Selama berkendara dengan bus ini,
saya cukup sering mendapatkan tempat duduk, namun sering pula harus berdiri.
Tempat duduk biasanya dengan mudah didapat bila menunggu di halte Harmoni,
halte sentral TJ. Di halte ini biasanya TJ memang dalam keadaan kosong. Selain
di halte ini, kadang-kadang saya juga mendapatkan tempat duduk saat menunggu di
halte lain. Namun yang ini agak jarang dan tak tentu.
Kalau ada yang menanyakan kepada
saya bagaimana caranya mendapatkan kursi di TJ, saya hanya punya 1 jawaban.
Tunggulah busnya di halte sentral, seperti Harmoni. Hanya itu jawaban yang bisa
saya berikan berdasarkan pengalaman saya. Eits…tunggu dulu. Saya juga punya
jawaban berdasarkan pengamatan.
Menurut pengamatan saya, ada
beberapa orang yang memiliki trik untuk mendapatkan tempat duduk dengan mudah.
Trik ini dengan memanfaatkan kebijakan dan peraturan yang ada di TJ, yaitu
dengan membawa anak kecil, dan menjadi “tua”. Mengapa saya mengatakannya trik?
Karena dalam pengamatan saya itu memang ada beberapa orang yang
memanfaatkannya.
Saya beberapa kali bertemu dengan
orang yang naik bus dengan membawa anak kecil. Dari penampilan dan cara
memegang anak kecil itu, sudah dapat diduga kalau orang itu bukanlah ibu si anak.
Saya juga pernah mendengar si anak kecil memanggil “tante” pada orang yang
membawanya itu. Saya baru menyadari kalau cara ini digunakan sebagai trik
ketika tak sengaja mendengar percakapan yang terjadi di bus itu. Rupanya sang
tante bertemu dengan kenalannya.
“Iya, nih. Gue bawa aja ni ajak biar
dapat tempat duduk. Hahaha,” kata si tante berbadan agak tambun itu.
Sementara si tante itu berbincang
sambil tertawa terbahak, anak kecil yang dibawanya berdiri sambil bersandar di
lutut tantenya.
Ada juga yang dengan sengaja menjadi
“tua”. Kalau yang ini, lagi-lagi saya ketahui ketika mendengar percakapan 2
orang yang ternyata saling mengenal. Seorang perempuan pekerja kantoran
mengatakan dia memang sengaja tidak mengecat rambutnya supaya terlihat lebih tua.
Ubannya memang cukup terlihat di sela rambut hitamnya. Orang-orang yang
leihatnya pasti menganggapnya sebagai “tua”. Jadi selalu dapat kursi.
Yeah, itulah beberapa trik hasil
pengamatan saya. Trik ini sebenarnya tidak salah, tetapi menurut saya kurang
etis. Sampai saat ini saya belum pernah mendapatkan kursi dengan menggunakan
trik ini. Semoga saja tidak perlu diguanakn. {ST}