Ana

Jumat, 26 Februari 2016

Furnitur Kayu Eboni




            Di rumah kami cukup banyak furnitur berbahan kayu eboni. Kayu eboni yang dikenal juga dengan nama kayu hitam ini warnanya memang hitam. Warna hitamnnya itu tidak mulus. Ada guratan-guratan khas kayunya.
            Kayu eboni ini massa jenisnya besar. Hmmm… Intinya, kayu eboni ini berat. Saat baru mengenal kayu eboni, saya sering tertipu melihat fisiknya. Untuk memindahkan furnitur kecil saja, perlu banyak tenaga. Saya yang waktu itu berbadan kurus sering tidak berhasil menggeser meja atau kursi. Lemari apalagi.
            Kayu eboni banyak tumbuh di Sulawesi, terutama Sulawesi Tengah. Aneka furnitur eboni di rumah kami berasal dari Palu, ibu kota Sulawesi Tengah. Papah dulu pernah bertugas di sana. Beberapa furnitur itu ada yang awalnya menjadi furnitur di rumah dinasnya di Palu, ada pula yang sengaja dibeli untuk rumah di Jakarta.
            Saat Papah pindah ke Jakarta, semua furnitur eboni itu pun diangkut ke rumah kami di Jakarta. Rumah kami mendadak penuh oleh furnitur kayu berwarna hitam itu. Kursi tamu, kursi goyang, dan aneka meja di rumah kami terbuat dari bahan kayu hitam. O ya, di rumah kami ada 2 set kursi tamu. Satu set yang memang sudah ada di Jakarta, satu set lainnya berasal dari rumah dinas di Palu.
            Selain berbentuk furnitur, di rumah kami juga banyak hiasan meja dan guci berbahan kayu hitam. Guci itu beraneka ukurannya. Ada yang lebih kecil dari genggaman tangan, sebesar buah apel, sampai sebesar gentong air. Saya punya beberapa hiasan dari kayu hitam di kamar saya.
            Saya dulu sempat bosan dengan banyaknya kayu hitam di rumah kami itu. Warnanya yang hitam membuat ruangan terlihat agak suram. Saya lebih suka warna-warni ceria. Sampai akhirnya saya ngobrol dengan seorang pengagum kayu hitam.
            Orang itu, yang saya sudah lupa namanya, mengatakan kalau kayu hitam itu adalah seni. Guratan yang ada di kayu itulah yang membuatnya berseni. Tidak ada kayu yang persis sama. Kalau bisa menikmatinya, maka kayu hitam tidak akan membosankan. O ya, untuk kayu hitam, makin hitam legam kayunya, makin mahal harganya. Pada kayu yang hitamnya hampir merata, guratannya makin halus.
            Saya pun mencobanya. Saya mengamati guratan yang ada di furnitur rumah kami. Ternyata memang guratan di setiap kayu itu berbeda. Akhirnya saya bisa menikmati seni yang ada di kayu ini. Cara mengamati kayu ini juga saya terapkan pada kayu jenis lainnya. Hasilnya, saya jadi makin suka pada kayu. Mau ikutan mengamati juga? Tuh, liat aja fotonya! {ST}

Popular Posts

Isi blog ini