Ana

Minggu, 10 Januari 2016

Patah Hati Karena Keputusan Hakim




            Rasanya masih segar dalam ingatan saya bagaimana negeri ini diliputi asap tebal yang terjadi karena pembakaran hutan dan lahan. Asap itu sangat mengganggu kehidupan orang-orang yang tinggal di Sumatra dan Kalimantan. Cukup banyak keluarga dan kerabat saya yang terkena dampaknya.
            Asap yang dihasilkan dari lahan terbakar itu ada yang terjadi karena sengaja maupun tidak sengaja. Para pembakar hutan itu kemudian ada yang diburu polisi. Mereka akhirnya dijadikan tersangka dan dibawa ke pengadilan. Lumayan lah, sudah ada tindakan hukum untuk para krimimal pencemar udara segar itu.
            Beberapa bulan setelah sirnanya asap, saya tidak terlalu mengikuti lagi perkembangan para kriminal itu. Sepertinya banyak pula orang yang seperti saya. Bahkan mungkin sudah tidak lagi memusatkan perhatian pada hal itu karena ada banyak hal lain yang lebih kekinian. Saya lebih memusatkan perhatian pada kegiatan penanaman pohon yang dilakukan oleh beberapa komunitas.
            Baru-baru ini saya agak gondok dengan berita yang saya baca sekilas tentang pengadilan pembakar hutan. Seorang hakim telah membebaskan pembakar hutan dengan alasan membakar hutan bukanlah kejahatan, karena hutan bisa ditanami lagi. Dengan demikian, sang terdakwa dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan.
            Pernyataan Pak Hakim itu membuat saya agak patah hati. Sedih rasanya. Orang ini sepertinya sudah kehilangan hati nuraninya. Tentunya sangat mudah berprasangka kalau ada uang dan kekuasaan yang membuatnya berkata demikian di pengadilan yang terhormat. Saya juga berprasangka demikian, sih.
Mau tahu kasusnya apa dan siapa nama hakim bebal itu? Cari sendiri aja, ya, di situs berita. Ini blog pribadi tempat curhat seorang warga negara yang patah hati. Enggak perlu pake aturan 5W1H ala jurnalis di situs berita. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini