Salah satu bagian dari tugas saya
sehari-hari adalah membaca karya tulis anak-anak. Dari tulisan mereka ini, saya
tahu beberapa tren yang terjadi di kalangan anak-anak SD. Salah satu tren yang
sepertinya cukup lama terjadi di negeri ini adalah menggunakan bahasa yang
dicampur-campur dengan bahasa asing. Sepertinya ada yang menganggap hal seperti
ini keren. Kalau menurut saya, sih, hmmm… norak.
Salah satu karya yang saya baca pagi
ini cukup membuat saya terbengong-bengong. Tulisan itu mencampur-campurkan
bahasa Indonesia, Inggris, dan Malaysia. Frase yang paling saya ingat adalah “nak sedang watching TV”. Entah apa
maksudnya frase itu.
Saya sempat berniat memperbaiki
tulisan anak ini, namun akhirnya saya tunda dulu. Masih ada ribuan naskah yang
antre minta dibaca. Saya berjanji pada diri sendiri supaya bisa menyediakan
waktu untuk memperbaiki karangan anak ini. Tentu saja dengan harapan supaya dia
bisa belajar kalau mencampuradukkan bahasa macam gitu enggak keren.
Yang keren
itu adalah menguasai bahasanya. Dalam hal ini berarti bisa berbahasa Indonesia,
Inggris, dan Malaysia. Bisa itu artinya fasih dalam bahasa itu, bukannya
mencampurkannya dengan bahasa lain. Dengan mencampuradukkan kesannya tidak
menguasai banget. Dan itu artinya enggak keren! {ST}