Hampir setiap pagi saya melewati
jalan yang sama. Hampir setiap pagi pula saya melihat pemandangan yang relatif
sama. Salah satu pemandangan itu adalah
mas-mas pegawai warung makan yang sedang menyiapkan makanan. Kami menjulukinya
“Mas Daun Bawang”.
Mas Daun Bawang mendapatkan nama
julukannya itu dari daun bawang yang dipotongnya. Ya, dia sering sekali tertangkap basah sedang
memotong daun bawang. Kadang-kadang, dia juga memotong wortel, labu siam, dan
timun. Namun tetap saja nama julukannya tidak berubah, Mas Daun Bawang.
Mas Daun Bawang sepertinya sudah
cukup terlatih memotong-motong bahan makanan, Itu terlihat dari cepatnya
gerakan tangannya. Dia bisa memotong bahan-bahan makanan itu sambil mengobrol
dengan rekan-rekannya sesama pekerja warung makan. Laju jarum jam kalah deh
sama laju gerak potong Mas Daun Bawang.
Hasil kerja Mas Daun Bawang
mencerminkan waktu. Apabila dia sedang memotong daun bawang saat kami lewat,
artinya kami tidak terlambat. Labu, wortel , dan kentang, artinya kami sedikit
terlambat. Kalau dia sudah membersihkan tempat kerjanya, berarti kami sangat
terlambat.
Sampai sekarang, saya belum pernah mampir
ke warung makan Mas Daun Bawang. Tentunya saya belum pernah pula merasakan
hasil kerja Mas Daun Bawang. Mungkin kapan-kapan kalau ada waktu saya akan
mampir ke sana dan mewawancarai Mas Daun Bawang dan mencari tahu nama aslinya.
Ini bukan berarti ngefans, lo! {ST}