Di awal tahun 2016 ini, saya tidak
terlalu memantau perkembangan dunia maya. Selain sibuk dengan beberapa
kegiatan, saya juga enggan merusak liburan saya yang tenang dengan hal-hal yang
mungkin saja tidak ada hubungannya sama sekali dengan saya. Saya baru memantau
perkembangan lagi pada hari Senin, 4 Januari 2016. Itu adalah hari kerja
pertama di tahun ini.
Dari semua
update yang ada, ada 1 hal yang membuat saya menggelengkan kepala. Ada seorang
kenalan saya, yang lagi-lagi kampanye tentang kebenciannya pada seseorang.
Beberapa waktu yang lalu, saya pernah menyesal pernah kenal dengan orang ini. Pada
akhirnya saya hanya bisa menyimpulkan kalau kami adalah orang yang berbeda
pendapat dan pemikiran.
Kebenciannya
sangat awet. Saya sampai kasihan membaca semua tulisannya yang diposting di
media sosial. Ya, saya memang mengenalnya di komunitas tulis menulis.
Tulisannya benar-benar hanya menyebarkan kebencian dan keburukan tanpa solusi.
Saya tahu sebenarnya, kalau dia mau, dia bisa menjadi orang yang lebih berguna.
Hidupnya seperti tanpa harapan. Tidak hanya mengumbar kebencian yang lama-lama
bisa dikatakan fitnah. Yeah, semacam gosip gitu lah. Makin lama ceritanya makin
berkembang, padahal tadinya enggak gitu-gitu amat.
Pada saat
saya membuat catatan ini, saya benar-benar kasihan padanya. Semua tuduhannya
yang ketahuan banget mengada-ada itu telah menjadi bahan tertawaan. Pasti tak
lama lagi akan menjadi bahan lawakan stand
up comedy. Kasihan banget, deh. Apalagi dia sebenarnya orang yang serius,
tidak terlalu suka bercanda. Akibat perbuatannya itu dia menjadi bahan candaan
seluruh negeri.
Saya
sebenarnya tidak rutin membaca apa yang dia tuliskan. Saya hanya membaca
sekilas karena keburu muak. Biasanya kalau menemukan tulisannya di media
sosial, langsung saya umpetin dari peredaran supaya saya tidak bisa melihatnya
lagi. Itu juga yang saya lakukan di hari Senin itu, langsung aja “hide story” begitu membaca 2 baris dari
postingannya yang cukup panjang itu. Di awal tahun ini, dia sudah menyebarkan
kutukan kepada orang yang sudah jelas-jelas lebih hebat dari dia. Paling
enggak, orang yang dia hina itu memiliki prestasi.
Sempat
terpikir untuk unfriend aja, sih.
Toh, kami juga tidak terlalu dekat. Kami tidak berteman di alam nyata, hanya
sekedar kenal karena memiliki hobi yang sama. Tetapi setelah dipikir-pikir,
sepertinya saya biarkan saja, lah. Seperti saya yang bisa membaca postingannya,
tentunya dia juga bisa membaca postingan saya. Mungkin dia akan terpengaruh dengan
postingan saya yang selama ini saya usahakan yang baik-baik aja. Mungkin dia
akan nyadar kalau menyebarkan fitnah itu enggak ada gunanya sama sekali. Yang
namanya hidup selalu ada harapan, karena hidup adalah harapan. {ST}