Hari Sabtu, 23 Januari 2016 yang
lalu, ada kabar duka yang menimpa Mocil. Mobil kecil kesayangan saya ini
terperosok. Akibatnya, bagian bawahnya tersangkut dan kemungkinan rusak. Saaat
kejadian itu saya sangat ketakutan sampai gemetar.
Sabtu pagi itu, saya mendapat
undangan acara di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan di Senayan. Saya yakin
pernah melewati tempat itu ketika naik bus beberapa hari sebelumnya. Dengan
yakin saya menuju tempat itu. Ternyata benar. Lokasinya memang di tempat yang sudah
saya duga.
Karena waktu kedatangan saya sudah
sangat mendekati waktu acara, saya langsung berusaha mencari tempat parkir.
Tempat parkir di bagian depan area gedung kebanyakan diberi palang. Saya dapat
memaklumi kalau tempat parkir ini diperuntukkan untuk para pejabat dan
orang-orang penting. Karena itu saya segera mengarahkan Mocil ke bagian
belakang perkantoran itu.
Saya melihat beberapa papan petunjuk
yang memberi arah ke kegung parkir. Sepertinya gedung-gedung di tempat ini
memang dilengkapi dengan tempat parkir. Tebakan saya itu karena gedung-gedung
parkir itu ada yang namanya A, B, C, D, dst.
Ketika melihat beberapa lantai
parkir di bagian bawah sebuah gedung, saya langsung menuju ke tempat itu. Saya
membelokkan Mocil ke sebuah jalan beraspal. Saya pikir itu adalah jalan
masuknya. Saya baru sadar kalau itu hanyalah pelataran parkir. Saat itu, sudah
sangat terlambat untuk berhenti. Mocil, walaupun berjalan sangat pelan,
terjerumus ke dalam tempat parkir itu.
Satpam yang melihat kejadian itu
segera berteriak-teriak. Teriakannya mengundang banyak orang untuk datang. Tak
lama kemudian, sudah banyak orang yang mengerumuni Mocil. Beberapa orang ada
yang mencoba mendorong Mocil dari arah bawah. Ada juga yang mencoba membuka
pintu di samping tempat duduk saya.
Setelah pulih dari keterkejutan,
saya membuka pintu. Tentu saja tujuannya saya ingin keluar. Niat itu tidak
dapat dilaksanakan dengan mudah. Mocil yang labil bergoyang-goyang itu membuat
saya urung melangkah keluar. Seorang lelaki, yang sepertinya pekerja bangunan,
menyodorkan tangannya yang kasar kepada saya. Saya menyambutnya dengan
sukacita. Tangan kasar itulah yang membantu saya keluar dari Mocil dengan
selamat.
Peristiwa tak terduga itu membuat
saya gemetaran ketakutan. Seorang satpam memberikan saya sebotol air minum
dalam kemasan. Saking gemetarnya, saya tidak berhasil membuka tutup botol
plastik itu. Bapak itu yang kemudian membukakannya dan meminta saya duduk saja.
Sementara itu, ada seorang lainnya
yang datang membawa tali. Ada juga mobil besar berwarna hitam yang datang
mendekat. Tali itu kemudian diikatkan ke mobil besar dan Mocil. Mocil kemudian
ditarik dengan menggunakan tenaga dari mobil besar itu. Hanya dalam waktu
sebentar, Mocil sudah berhasil dinaikkan ke pelataran.
Orang-orang lainnya ada yang
mengamati bagian bawah Mocil. Dari seorang mas yang telentang di bawah Mocil,
terdengar suara yang mengabarkan kalau Mocil baik-baik saja. Tidak ada yang
patah. Tangki bensinnya pun tidak bocor. Saya sedikit lega mendengarnya.
“Nanti saya carikan parkirnya,” kata seorang lelaki kurus. Dia segera
masuk ke dalam Mocil dan memindahkan Mocil ke tempat lain untuk parkir.
Saat itu, saya berprasangka baik
pada semua orang yang ada di situ. Saya tidak curiga pada orang yang membawa
mobil saya itu. Saya malah menghampiri orang-orang lainnya untuk mengucapkan
terima kasih. Ucapan terima kasih saya kali itu benar-benar tulus dan bukan
basa-basi. Enggak kebayang bagaimana jadinya kalau mereka tidak menolong saya.
Setelah orang-orang itu bubar. Saya
segera menghampiri temapt Mocil parkir. Lelaki kurus yang tadi memindahkan
Mocil masih ada di sekitar situ. Kali ini dia berada tak jauh dari mobil keren
berwarna hitam. Sepertinya dia adalah orang yang bertanggung jawab menjadi
supir mobil itu. Kali ini pun saya sangat berterima kasih.
Saya tidak punya apa-apa untuk
membalas kebaikan mereka. Saya hanya bisa berdoa semoga mereka juga mendapatkan
kebaikan dan pertolongan yang saya rasakan. {ST}