Dua
hari setelah Natal 2016, Jakarta dikejutkan oleh berita “pembunuhan sadis” di
Pulomas. Keluarga kami pun terkejut mendengarnya. Pulomas bukanlah daerah yang
asing bagi kami. Daerah ini letaknya tak jauh dari tempat tinggal kami. Kami
pun cukup sering berkegiatan di daerah itu. Rumah sakit tempat keluarga kami
sering berobat berada di tempat ini. Saya juga pernah bersekolah di daerah
Pulomas. Tak heran kalau perhatian kami semua langsung terpusat pada berita
ini.
Peristiwa itu pun segera menjadi berita utama di media
massa. Berita ini pun menjadi pembicaraan di jalan-jalan. Hampir semua mengecam
pelakunya yang tega-teganya membunuh 6 orang dari 11 orang yang disekap dalam
kamar mandi sempit. Banyak yang membandingkannya dengan pembunuhan sadis yang
dilakukan oleh Hitler. Saya sampai ngeri sendiri membayangkannya.
Salah satu yang membuat saya prihatin adalah wafatnya
seorang anak yang saat itu sedang menginap di situ. Anak itu memang cukup
sering menginap di rumah temannya di Pulomas itu. Kok, kayanya apes banget
nasibnya.
Hanya dalam waktu beberapa jam, berita ini sudah
menyebar. Tidak hanya sekedar berita berupa fakta. Berita ini telah ditambah
analisis dan juga opini. Ada opini oleh orang yang memang memiliki keahlian
dalam bidang kriminal. Ada juga yang opininya mengecam dan mengutuk. Ada juga
yang bergunjing karena kepala keluarga yang menjadi korban itu telah 3 kali
menikah. Berita ini, beserta dengan foto-foto korban, beredar luas di media
sosial, terutama group WA.
Makin lama, saya makin malas mengikuti beritanya. Saya
memang mengurangi asupan berita yang tidak baik supaya dapat menghasilkan karya
yang baik. Bagi saya, berita itu adalah peringatan supaya lebih berhati-hati di
rumah. Namun tidak demikian dengan ibu saya. Berita itu rupanya memberi pengaruh
besar pada dirinya, mungkin karena merasa dekat dengan lokasinya. Ia menjadi
khawatir berlebihan. Kekhawatiran yang menurut saya tidak perlu.
Hanya dalam waktu sehari, para pelaku perampokan itu
ditemukan. Mereka tidak hanya ditangkap, ada pula yang terpaksa ditembak.
Berita ini makin terkenal. Hampir semua media menampilkannya. Saya tahu berita
ini agak terlambat karena seharian berkeliaran di toko-toko kain seputar Pasar
Baru. Takjub juga rasanya mendengar pelakunya sudah tertangkap dalam waktu 1 hari
saja. Salut untuk para polisi yang sudah bertugas dengan baik.
Dari beberapa pelakunya, ada yang buron. Orang ini
kemudian ditangkap di Medan dan dibawa kembali ke Jakarta dengan menggunakan
pesawat. Dari pengakuannya terkuak kalau komplotan mereka bukan sekali itu saja
merampok rumah-rumah mewah. Mereka pun sebenarnya tidak berniat membunuh. Namun
tetap saja yang namanya merampok itu tetap bersalah. Semoga saja proses
hukumnya dapat berjalan lancar dan mereka mendapatkan ganjaran yang setimpal. {ST}