Di akhir tahun 2015 ini, frase “yang
mulia” mendadak tenar. Frase yang biasanya ada di kisah-kisah dongeng tentang
kerajaan ini sekarang digunakan di alam nyata. Tidak hanya di kamar tidur saat
mendongeng pada anak kecil, tetapi di lembaga tertinggi negara ini.
Ada beberapa pihak yang ingin
dipanggil dengan sebutan “Yang Mulia” (dengan huruf besar karena menunjukkan
nama), karena itulah dibuat peraturan untuk memanggil orang-orang dengan
jabatan tertentu dengan sebutan “Yang Mulia”.
Penyebutan itu adalah puncak
kekonyolan yang dilakukan oleh para petinggi negeri ini. Sebelum ini, memang
agak susah untuk respek pada sekumpulan orang yang sering diberitakan tidak
mengerjakan pekerjaannya karena tidur di ruang sidang itu. Hmmm… Itu masih
mendingan, lo. Banyak juga yang tidurnya di tempat lain. Mereka bolos dari
ruang sidang. Padahal kehadiran mereka mewakili rakyat yang sudah memilihnya. Setelah
tenarnya sebutan “Yang Mulia”, respek saya kepada mereka nyaris hilang.
Saya yang sebelumnya ikut mengikuti
berita tentang “papa minta saham”, kali ini sudah kehilangan minat. Saya
mengganti saluran TV bila muncul orang-orang yang bersangkutan dengan itu baik
yang diduga sebagai pencatut nama, yang mulia ketua lembaga tinggi itu, atau
juga para “yang mulia” di bawah majelis kehormatan dewan. Kehormatan? Yeah….itu
namanya. Saya juga menyingkirkan semua berita tentang itu dari muka saya. Saya
juga tidak mau membahasnya kalau bertemu dengan orang-orang.
Saya memang sengaja menghindar untuk
menjaga supaya pikiran saya tetap bersih. Supaya saya tetap bisa respek dengan
lembaga negara yang anggotanya dipilih oleh rakyat. Supaya saya tetap bisa
berprasangka baik pada orang yang belum terbukti melakukan kesalahan. Dan
terutama supaya saya tetap menghargai manusia walaupun mereka sangat bersalah
pada kehidupan sesamanya termasuk kepada saya. Susah memang. Apalagi hampir
semua orang membicarakannya.
Saya pun juga
memikirkannya, kok. Buktinya ada tulisan ini di blog ini. Seperti beberapa
tulisan lainnya, tulisan ini juga saya buat untuk membuang sampah pikiran
supaya saya tetap waras. Ada kemungkinan tulisan ini akan saya buang setelah
saya menuliskannya. Atau mungkin juga tetap bertengger di blog ini untuk
selamanya. {ST}