Ana

Kamis, 17 Desember 2015

Turis Asing Penguasa Taman Nasional




            Beberapa waktu yang lalu, saya pernah mencari tahu tentang taman nasional di Indonesia. Saya berjanji pada diri sendiri akan mengunjungi taman-taman nasional itu dan menuliskan ceritanya di blog ini. Saya juga akan menuliskan di beberapa media di mana saya boleh menitipkan karya saya.
            Keinginan saya menjelajah taman nasional itu pernah saya sampaikan kepada beberapa orang. Hampir semuanya menganggap keinginan itu agak aneh. Hampir semua pula tidak ada yang mau ketika saya ajak pergi walaupun ditraktir. Padahal ngajaknya juga belum tahu kapan perginya. Rasa-rasanya, keinginan saya memang agak aneh, ya… Yeah rasanya sudah hampir seumur hidup ini saya agak berbeda dengan kebanyakan orang. Bagi kebanyakan perempuan seumuran saya, pergi ke pusat perbelanjaan jauh lebih menarik ketimbang berkeliaran di taman nasional.
            Untuk mengawali perjalanan saya itu, saya lebih dulu menjelajah internet. Saya mencari informasi secara sengaja maupun tidak sengaja. Ada kalanya saya memang browsing khusus untuk taman nasional tertentu. Ada juga kalanya karena efek samping karena saya mencari informasi tentang topik yang lain.
Mengunjungi taman nasional selalu terkait dengan ekowisata. Saya juga tertarik dengan ekowisata. Saya bahkan pernah berniat untuk kuliah mengambil jurusan ekowisata ini. Saat ini, walau kuliahnya belum terwujud, saya masih sering belajar dari berbagai sumber.
            Dalam sebuah pencarian tentang sebuah kota, saya melihat judul artikel tentang taman nasional di Indonesia. Segera saja saya mengklik artikel itu dan membacanya. Artikel itu membahas tentang kurangnya kunjungan wisatawan domestik ke taman nasional. Pengunjung taman nasional kebanyakan dari luar negeri. Mereka berkunjung untuk berwisata dan juga melakukan penelitian.
            Dalam artikel itu disebutkan pula kurangnya minat orang Indonesia karena merasa tidak ada yang istimewa pada taman nasional. Kondisi taman nasional dianggap biasa saja, bahkan tidak menarik karena kurang modern. Modern identik dengan teknologi, bangunan, dan akses jalan. Padahal taman nasional yang lestari adalah salah satu alasan banyak orang untuk datang, untuk melihat keajaiban di taman nasional itu.
            Selain dianggap kurang menarik, ketertarikan orang ke taman nasional belum banyak karena aksesnya yang susah. Transportasi menuju taman nasional banyak yang belum memadai. Banyak pula yang belum bisa ditempuh dengan alat transportasi yang ada. Ada pula yang bisa ditempuh namun biayanya sangat mahal.
Selain transportasinya, akamodasinya pun belum memadai. Untuk menikmati ekowisata, tidak cukup hanya dalam hitungan jam. Perlu waktu beberapa hari supaya dapat menikmati alam dan keunikannya. Tentu saja diperlukan tempat menginap. Nah, tempat menginapnya ini yang belum oke.
Dalam konsep ekowisata, masyarakat di sekitar tempat wisata diberdayakan untuk mengelola tempat wisata itu. Fasilitas wisata tidak hanya dikuasai oleh para pemodal besar. Orang-orang biasa pun dapat memberikan dukungannya, baik langsung maupun tidak langsung. Rumah-rumah biasa juga dapat dijadikan untuk tempat menginap. Tidak perlu membuat bangunan baru yang dikhususkan sebagai penginapan. Penginapan seperti ini menarik bagi orang-orang dari negeri asing.
Walaupun tanpa penginapan yang layak, para pengunjung negeri asing tetap pantang menyerah mengunjungi taman nasional di Indonesia. Para turis petualang tanpa segan membawa tenda. Para peneliti tentu saja lebih siap lagi. Beberapa peneliti bahkan membawa bangunan semi permanen untuk tempat tinggalnya.
Datanganya pengunjung asing ke taman nasional Indonesia itu, sebenarnya bisa dipandang sebagai potensi untuk pemasukan. Mungkin belum banyak yang bisa melihat peluangnya karena perlu dana besar dan waktu yang lama untuk mengelolanya. Bisa dikatakan keuntungannya agak samar-samar kelihatan, nyaris tak terlihat. Apalagi kalau dibandingkan dengan kilau emas yang ada di sekitar taman nasional. Hanya dengan beberapa gram emas, orang-orang yang menemukannya bisa mendadak kaya dan memperbaiki taraf hidupnya. Berbeda dengan mengelola ekowisata, perlu bertahun-tahun baru kelihatan hasilnya. {ST}

Baca juga:

Popular Posts

Isi blog ini