Pada suatu hari libur, saya
bersantai di rumah. Santai bagi saya artinya bisa bangun tidur semaunya, dan
tidak perlu cepat-cepat mandi. Santai adalah melakukan apa yang kita suka tanpa
ada yang mengatur. Saya suka bersantai dengan membaca buku.
Hari itu, membaca sangat banyak.
Saya membaca 3 buah buku. Dua buku adalah buku anak-anak yang bergambar. Satu
bukunya adalah buku yang “serius”, tentang manajemen diri. Dengan membaca, pikiran
saya menjadi segar. Saya kemudian melanjutkan membaca buku fiksi yang cukup
tebal.
Menghabiskan hari libur dengan
membaca buku sudah lama saya lakukan, rasanya sejak masih SD. Saya memang sudah
suka membaca sejak kecil dulu. Saya ingat, dulu pernah punya teman yang ingin
anaknya seperti saya, menghabiskan waktunya dengan membaca buku, bukan hanya
bermain sepeda. Menurut bapak itu, saya adalah anak yang rajin.
Rajin ternyata memiliki pengertian
yang berbeda. Menurut bapak itu, saya adalah anak yang rajin. Menurut bapak
saya sendiri, saya adalah anak perempuan yang pemalas. Itu karena saya tidak
suka masuk ke dapur. Saya juga tidak suka merapikan dan membersihkan rumah.
Intinya saya tidak suka melakukan pekerjaan yang menjadi “takdir” perempuan
pada umumnya.
Dengan berjalannya waktu, saya makin
rajin membaca namun saya tetap tidak suka berurusan dengan urusan domestik,
pekerjaan rumah tangga. Saya harus bersyukur karena ada Mbak Pon, asisten rumah
tangga yang membantu mengurusi urusan rumah dan dapur selama ini.
Saat bertumbuh dewasa, saya tidak
terlalu peduli dengan pendapat orang tentang rajin atau tidaknya saya, termasuk
juga pendapat Papah. Papah pun sepertinya sudah bisa menerima kalau saya memang
lebih suka menghabiskan hari libur saya dengan membaca, menulis, atau melukis, bukan
memasak atau membuat kue. Saya justru menjadi rajin (versi bapak saya) karena
kemauan saya sendiri. Hmmm… Lebih tepatnya karena kebutuhan, sih.
Beberapa waktu yang lalu, saya
pernah tinggal di rumah kos. Di sini, semuanya harus saya lakukan sendiri,
mulai merapikan dan membersihkan kamar, sampai memasak. Memasak sebenarnya
bukanlah hal yang wajib saya lakukan. Makanan bisa dibeli di sekitar rumah kos,
namun ada kalanya makanan di sekitar rumah sangat membosankan. Memasak adalah
pilihan menarik untuk mendapatkan makanan yang sesuai selera.
Dari situlah awalnya saya mencoba
beberapa masakan. Masakan saya ini kadang-kadang tidak jelas namanya karena
saya karang-karang sendiri. Yang jelas dimasak dalam bentuk sop, tumis, goreng,
atau rebus. Masakan itu terinspirasi dari sesuatu yang pernah saya makan
sebelumnya. O ya, acara masak-memasak di TV juga sering begitu, lho.
Terinspirasi dari sesuatu, kemudian mencoba membuatnya menjadi masakan baru.
Bisa dikatakan, sekarang saya
menjadi anak perempuan yang lebih rajin. Rajin duduk membaca (sambil
selonjoran), dan juga rajin mengerjakan pekerjaan domestik, walaupun dilakukan
dengan agak terpaksa. {ST}