Ana

Kamis, 17 Desember 2015

Presiden, Pelawak, dan MKD




            Hari Rabu, 16 Desember 2015 adalah hari yang sangat bersejarah untuk segenap rakyat Indonesia yang masih mau menggunakan otaknya. Hari itu adalah hari persidangan MKD. Hari itu pula, sang biang kerok mengirimkan surat pengunduran dirinya. Dengan demikian, sedikit masalah tak penting di republik ini tersingkirkan.
            Berita tentang MKD menyita banyak perhatian kebanyakan masyarakat. Saya sih enggak, ya. Tapi kadang-kadang terpaksa memberi perhatian karena orang tua dan orang-orang di sekitar saya turut membicarakannya. Mau enggak mau terpaksa mendengar juga bagaiaman MKD dibongkar-bongkar demi komposisi yang pas untuk sebuah drama.
            Berita tentang MKD selalu membuat orang merasa tidak nyaman. Orang menjadi emosi tinggi, naik darah. Selain itu juga merasa direndahkan karena dianggap bodoh oleh orang-orang yang seharusnya mewakili rakyat itu. Saya sih lebih baik pergi jauh-jauh. Lebih baik saya mengisi waktu dengan pengetahuan lain yang bisa saya olah menjadi tulisan bermutu untuk anak-anak. Saya hanya mengikuti perkembangan MKD dengan porsi yang secukupnya, porsi yang belum sampai membuat muak.
            Ternyata ada beberapa orang lain yang juga seperti saya. Presiden pun melakukannya. Padahal, sebagai orang nomor 1 di negeri ini, apa yang terjadi di gedung wakil rakyat itu juga menjadi kepentingannya. Pak Presiden mengundang para pelawak untuk makan bersama di istana pada hari persidangan MKD.
            Para pelawak ini diminta berbicara satu per satu saat pertemuan itu. Celetukan mereka membuat presiden bertubuh kurus kering itu dan para menteri yang mendampinginya tertawa terpingkal-pingkal. Saya yang membaca beritanya pun turut tertawa dan dapat membayangkan apa yang terjadi di ruang istana itu.
            Tidak diketahui apa sebenarnya motivasi Pak Presiden mengundang para pelawak itu. Biasanya undangan makan selalu ada hubungannya dengan perayaan atau peringatan. Hari itu tidak ada apa-apa yang hubungannya dengan lawak. Hmmm… apa mungkin sidang MKD?
Dalam satu sisi, kelakuan para anggota dewan dengan MKD-nya itu bisa dikatakan melawak, mengada-ada. Kelakuan mereka memang bisa membuat orang tertawa. Hanya tentu saja tidak etis untuk menertawakan anggota dewan yang mulia. Bukan begitu? Hahahah…. Yang mulia??? Hahahah… Yeah, memang susah juga yah enggak menertawakan kelakukuan mereka. Hahaha…. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini