Beberapa hari yang lalu,
saya menulis artikel tentang Hari Menanam Pohon. Hari ini adalah hari
peringatan yang baru dirayakan baru-baru ini saja. Waktu saya kecil dulu, Hari
Menanam Pohon tidak termasuk dalam pelajaran hapalan tentang hari penting.
Saya menyambut baik adanya
hari menanam pohon ini. Pohon jumlahnya makin berkurang. Memang perlu peringatan
atau kegiatan spesial supaya lebih berkesan dan orang-orang lebih peduli
menanam pohon. Presiden Jokowi juga bertekad untuk mengembalikan Indonesia
menjadi paru-paru dunia. Caranya tentu saja dengan mengembalikan jumlah pohon
yang hilang, dengan menanam pohon baru. Selain alasan (sok) mulia itu, ada
alasan lain yang tidak kalah pentingnya yaitu…saya suka pohon, hehehe.
Dalam artikel itu, saya
menyertakan sebuah foto pohon. Pohon itu adalah pohon rambutan yang tumbuh
subur di depan rumah kami di Palangkaraya. Pohon ini tidak hanya daunnya yang
subur, tetapi juga buahnya. Pohon ini juga pernah berperan sebagai pohon natal
bagi keluarga kami di tahun yang lalu.
Seperti juga harapan Pak
Presiden, saya juga berharap hari perayaan ini tidak hanya seremonial saja.
Menanam miliaran batang pohon tetapi setelah itu selesai. Pohon tidak
dipelihara dan tidak dipastikan dapat tumbuh besar. Kegiatannya jadi sia-sia belaka.
Lebih baik tanam sedikit-sedikit dulu tetapi pastikan dapat tumbuh besar,
sehat, dan berdaun rimbun. Dedaunan itulah yang menjadi paru-paru dunia. {ST}