Ana

Minggu, 20 Desember 2015

Liger dan Tigon




            Belum lama ini saya menulis tentang liger dan tigon. Mereka adalah spesies baru di dunia ini yang didapat dari hasil persilangan singa (lion) dan harimau (tiger). Liger adalah hasil persilangan antara singa (lion) jantan dan harimau (tiger) betina. Tigon adalah hasil persilangan antara harimau (tiger) jantan dan singa (lion) betina. Pakem untuk penyingkatannya adalah “jantan betina”. Spesies induk jantannya diletakkan di depan.

            Saya menulis artikel tentang liger dan tigon sebenarnya tanpa disengaja. Niat awalnya bukan menulis tentang ini. Perhatian saya teralih ketika sedang mencari informasi lainnya. Tautan artikel itu saya simpan untuk saya baca kemudian. Ternyata, selain liger dan tigon, ada beberapa spesies lain yang berhasil disilangkan. Spesies yang bisa dikawinkan silang hanya yang berasal dari genus yang sama. Misalnya singa dan harimau, kuda dan zebra, beruang kutub dan beruang coklat.

            Hasil persilangan kedua makhluk yang masih berkerabat namun berbeda spesies itu menghasilkan makhluk baru yang mirip kedua induknya. Blasteran gitu, deh. Ada yang bentuk fisiknya mirip, ada juga yang sifatnya. Kelihatannya sangat luar biasa.

            Saya jadi mencari tahu latar belakang bagaimana terjadinya perkawinan silang itu. Apakah ada pasangan yang jatuh cinta kemudian kawin lari? Atau kisah cinta dari 2 keluarga yang bemusuhan seperti pada cerita Romeo dan Juliet? Saya jadi makin bertanya-tanya karena setahu saya singa dan harimau memiliki habitat yang berbeda di benua yang berbeda. Singa hidup di Afrika, sementara harimau hidup di Asia. Saya menduga kuat ada keterlibatan manusia di balik terjadinya persilangan ini.

            Ternyata dugaan saya benar. Liger dan tigon bisa sampai ada di dunia ini karena hasil campur tangan manusia. Manusialah yang membuat mereka kawin dan kemudian melahirkan anak-anak blasteran ini. Kebanyakan liger dan tigon hanya hidup di penangkaran dan hampir tidak pernah ditemukan di alam bebas.

            Motivasi di balik perkawinan silang itu sepertinya adalah rasa penasaran dan ingin mencoba-coba. Sama seperti menyilangkan padi atau jagung untuk hasil yang terbaik gitu sepertinya, yah. Tentunya akan menjadi kabar yang menggembirakan bila kemudian persilangan itu menghasilkan keturunan.

            Dari hasil riset saya untuk bahan artikel itu, spesies baru yang dihasilkan ini hampir semuanya gampang sakit. Sistem kekebalan tubuhnya agak payah. Jauh lebih lemah dibandingkan dengan kedua induknya yang berada di puncak rantai makanan di rimba. Hewan-hewan ini harus dipelihara manusia hampir selama hidupnya.

            Ada juga yang melakukan percobaan untuk mengawinkan hewan blasteran ini dengan hewan blasteran lainnya. Percobaan ini tidak berhasil menghasilkan keturunan. Hewan hasil persilangan itu baru bisa menghasilkan keturunan bila dikawinkan dengan spesies induknya.

            Sebagai penyuka binatang yang kadang-kadang menulis fabel, saya mencoba merasakan apa yang dirasakan oleh hewan-hewan blasteran ini. Pasti hidupnya tidak mudah dengan daya tahan tubuhnya yang lemah. Belum lagi hampir tidak ada makhluk lain yang serupa dengannya. Mungkin dia sangat kesepian apalagi kalau dibandingkan dengan semut. {ST}


Baca juga:


Popular Posts

Isi blog ini