Hanya dengan bersyukur,
hidup menjadi kaya. Kata-kata itu membuat saya agak tersentak. Sepertinya saya,
dan beberapa anggota keluarga saya, agak kurang bersyukur akhir-akhir ini.
Pasalnya, ada beberapa keinginan kami yang belum bisa dicapai dalam waktu
dekat. Akibatnya, ada beberapa dari kami yang menderita penyakit “mental
merana”, selalu merasa diri merana dan patut dikasihani. Penyakit mental merana
sepertinya juga menghinggapi beberapa orang terkenal di negeri ini.
Sebenarnya bersyukur
bukanlah hal yang baru bagi saya. Bersyukur adalah salah satu cara hidup yang
diajarkan kepada saya. Namun tetap saja, yang namanya teori lebih mudah
diungkapkan daripada dilakukan.
Bertahun-tahun yang lalu,
saya pernah melatih diri saya untuk bersyukur dengan menghitung berkat yang
saya terima. Penghitungan itu saya lakukan setiap hari. Hanya dengan
melakukannya selama 3 hari, pikiran saya sudah sangat segar karena saya merasa
sangat diberkati.
Ketika membaca kata-kata
itu, “hanya dengan beryukur, hidup menjadi kaya” , saya kembali diingatkan
kalau bersyukur itu seharusnya dilakukan sepanjang waktu. Tidak hanya di
saat-saat tertentu. Dulu, menghitung berkat yang saya lakukan setiap hari itu
pemicunya karena beban berat yang rasa-rasanya tidak kuat saya pikul. Dengan
bersyukur, bebannya tidak berkurang, sih, namun terasa lebih ringan. Hidup pun
terasa menjadi kaya. {ST}