Suatu hari, saya
berkendara menggunakan bus TJ. Seperti biasa, saya memilih untuk berada di area
khusus perempuan. Di area ini, walaupun sesaknya sama, biasanya orang-orangnya
tidak terlalu bau. Bau badan di tempat yang sesak bisa membuat saya mual.
Saat itu, jalanan lebih
macet dari biasanya. Banyak kendaraan pribadi yang mengambil jalur TJ. Bus yang
saya tumpangi pun terjebak dalam kemacetan. Bus itu hanya berjalan sesekali.
Itu pun hanya beberapa meter saja.
Setelah beberapa lama,
ada seorang perempuan yang nemplok di punggung saya. Saya segera menoleh untuk
melihatnya. Saya sempat mengira dia jatuh pingsan dan terkulai bersandar di
punggung saya. Ternyata bukan begitu kenyataannya. Badannya bersandar di
punggung saya sementara kedua tangannya sibuk dengan ponselnya. Dia sedang mengetik.
Mbak yang menyandar di
punggung saya itu postur tubuhnya tidak terlalu tinggi. Bisa dikatakan pendek.
Mungkin dia memang perlu bersandar sejenak supaya tetap bisa berdiri dengan
stabil. Mungkin juga tangannya lelah karena memegang pegangan bus yang jauh
tinggi di atas kepalanya.
Terus terang saya agak
risi kalau ada yang terlalu dekat apalagi menempel dengan saya. Badan saya
memang agak sensitif dan agak geli di beberapa bagian, termasuk bagian tubuh
yang disandari oleh si mbak itu. Maka saya pun menggoyangkan badan saya sebagai
tanda ketidaknyamanan yang saya harapkan bisa menyadarkan di mbak itu.
Setelah beberapa kali
goyangan, mbak itu masih saja nempel ke punggung saya. Akhrinya saya
menyikutnya sebagai tanda ketidaknyamanan dan ketidaksukaan. Mungkin lebih
tepatnya tanda pengusiran. Saya sempat melirik sebentar. Wajahnya cemberut dan
sepertinya ngajak berantem. Saya langsung memalingkan muka, malas ribut. Malas
ngabur juga. Akhirnya si mbak itu yang berpindah ke tempat lain. Kali ini dia
menyandarkan tubuhnya di tiang. {ST}