![]() |
Ratu Victoria dan 9 anaknya. Sumber foto: Royal Collection RCIN2106422 |
Tugas dalam pekerjaan
saya membawa saya kepada kisah Ratu Victoria. Ratu Inggris yang bertahta lebih
dari 60 tahun ini membuat saya cukup kagum. Pada masa kepemimpinannya, Inggris
mencapai masa jayanya.
Victoria dinobatkan menjadi
ratu pada usia yang masih sangat muda, 18 tahun. Dia harus naik tahta karena
pamannya, Raja William IV wafat. Raja ini tidak meninggalkan keturunan (yang
sah) untuk menggantikannya.
Victoria kemudian menikah
dengan sepupunya sendiri, Pangeran Albert dari Jerman. Berhubung ia adalah
seorang ratu di sebuah kerajaan yang sangat berkuasa, maka ialah yang melamar
calon suaminya untuk mendampinginya.
Pangeran Albert kemudian
pindah ke negara istrinya dan tinggal di istana. Konon kabarnya, perjuangan
Pangeran Albert sebagai suami seorang ratu tidaklah mudah. Ia tidak memiliki
kekuasaan apapun terhadap istrinya ataupun tempat tinggalnya. Pasangan ini
berhasil dalam perjuangan mereka karena saling mencintai.
Pangeran Albert wafat
dalam usia yang belum terlalu tua, 42 tahun. Ada 9 orang anak yang lahir dari
pernikahan mereka. Anak-anak itu banyak yang menikah dengan keluarga kerajaan
lain di Eropa. Saat ini, hampir semua bangsawan di Eropa adalah keturunan
pasangan ini.
Wafatnya Pangeran Albert
membawa Ratu Victoria jatuh ke dalam duka seumur hidupnya yang cukup panjang.
Ratu Victoria wafat dalam usia 81 tahun. Selama sisa hidupnya itu, Ratu Victoria
mengenakan pakaian berkabung berwarna hitam. Padahal, sebagai ratu yang bisa
dikatakan paling berkuasa di dunia, dia bisa mengenakan pakaian paling keren
sedunia.
Selama tahun-tahun dukanya itulah kekuasaan Kerajaan Inggris berkembang di
seluruh dunia. Keberhasilan bangsa Inggris menaklukkan banyak daerah lain di
dunia membuat Ratu Victoria secara resmi menjadi ratu di daerah itu. Ratu
Victoria juga adalah Ratu India dan Australia.
Membaca kisah hidupnya,
tidak mungkin ada orang yang tidak kagum. Prestasinya mendunia. Namanya diabadikan
menjadi banyak tempat, dari air terjun sampai nama negara bagian. Yang membawa
saya mengenal kisah hidupnya adalah sebuah menara yang menyandang namanya,
Menara Victoria. Selain itu, dia juga adalah istri yang baik bagi suaminya. Hmm…
Paling enggak dia dikenal sangat mencintai suaminya dan tidak pernah menikah
lagi setelah suaminya wafat.
Di tengah kesibukannya, dia juga masih sempat menjalin komunikasi dengan
anak-anaknya yang banyak itu. Itu adalah suatu prestasi bagi orang sibuk di era
itu. Saat teknologi komunikasi secanggih sekarang aja, jalinan komunikasi
dengan anak-anak adalah hal yang langka.
Saya juga bertanya-tanya,
apa yang sebenarnya dia rasakan? Apakah dia merasa bangga? Atau sebenarnya
malah tidak suka karena terpaksa? Apakah yang dia pikirkan ketika sedang
berduka ditinggalkan oleh suaminya?
Saya yakin sekali banyak duka yang harus dijalani untuk menjadi ratu di
sebuah negara besar. Perjuangannya itu bisa jadi sudah dirasakan sejak hari
pertama ia dinobatkan sebagai ratu. Bayangkan saja, usia 18 tahun sudah harus
memikul tanggung jawab yang besar. Sementara anak-anak lain seusianya masih
menikmati masa remaja atau menanti lamaran dari para pemuda.
Inggris Raya bertambah luas kekuasaannya setelah Sang Ratu menjadi janda.
Mungkin dia memang mengalihkan perhatiannya untuk mengurus negara setelah
suaminya itu wafat. Mungkin juga saat itu orang-orang Inggris memang sangat
bersemangat ekspansi ke ujung-ujung Bumi. Yang jelas, Inggris mencapai masa jaya
di bawah pemerintahan Ratu Victoria. Para raja dan ratu yang bertahta
setelahnya, belum ada yang menyamainya. Benar-benar sangat mengagumkan.
Kekaguman saya itu membuat saya menghentikan sejenak penulisan artikel tentang
menara dan membuat catatan ini. {ST}