Ana

Minggu, 08 November 2015

Ratu Victoria, Ibu 9 Anak

Ratu Victoria dan 9 anaknya. Sumber foto: Royal Collection RCIN2106422



            Tugas dalam pekerjaan saya membawa saya kepada kisah Ratu Victoria. Ratu Inggris yang bertahta lebih dari 60 tahun ini membuat saya cukup kagum. Pada masa kepemimpinannya, Inggris mencapai masa jayanya.

            Victoria dinobatkan menjadi ratu pada usia yang masih sangat muda, 18 tahun. Dia harus naik tahta karena pamannya, Raja William IV wafat. Raja ini tidak meninggalkan keturunan (yang sah) untuk menggantikannya.

            Victoria kemudian menikah dengan sepupunya sendiri, Pangeran Albert dari Jerman. Berhubung ia adalah seorang ratu di sebuah kerajaan yang sangat berkuasa, maka ialah yang melamar calon suaminya untuk mendampinginya.

            Pangeran Albert kemudian pindah ke negara istrinya dan tinggal di istana. Konon kabarnya, perjuangan Pangeran Albert sebagai suami seorang ratu tidaklah mudah. Ia tidak memiliki kekuasaan apapun terhadap istrinya ataupun tempat tinggalnya. Pasangan ini berhasil dalam perjuangan mereka karena saling mencintai.

            Pangeran Albert wafat dalam usia yang belum terlalu tua, 42 tahun. Ada 9 orang anak yang lahir dari pernikahan mereka. Anak-anak itu banyak yang menikah dengan keluarga kerajaan lain di Eropa. Saat ini, hampir semua bangsawan di Eropa adalah keturunan pasangan ini.

            Wafatnya Pangeran Albert membawa Ratu Victoria jatuh ke dalam duka seumur hidupnya yang cukup panjang. Ratu Victoria wafat dalam usia 81 tahun. Selama sisa hidupnya itu, Ratu Victoria mengenakan pakaian berkabung berwarna hitam. Padahal, sebagai ratu yang bisa dikatakan paling berkuasa di dunia, dia bisa mengenakan pakaian paling keren sedunia.

Selama tahun-tahun dukanya itulah kekuasaan Kerajaan Inggris berkembang di seluruh dunia. Keberhasilan bangsa Inggris menaklukkan banyak daerah lain di dunia membuat Ratu Victoria secara resmi menjadi ratu di daerah itu. Ratu Victoria juga adalah Ratu India dan Australia.

            Membaca kisah hidupnya, tidak mungkin ada orang yang tidak kagum. Prestasinya mendunia. Namanya diabadikan menjadi banyak tempat, dari air terjun sampai nama negara bagian. Yang membawa saya mengenal kisah hidupnya adalah sebuah menara yang menyandang namanya, Menara Victoria. Selain itu, dia juga adalah istri yang baik bagi suaminya. Hmm… Paling enggak dia dikenal sangat mencintai suaminya dan tidak pernah menikah lagi setelah suaminya wafat.

Di tengah kesibukannya, dia juga masih sempat menjalin komunikasi dengan anak-anaknya yang banyak itu. Itu adalah suatu prestasi bagi orang sibuk di era itu. Saat teknologi komunikasi secanggih sekarang aja, jalinan komunikasi dengan anak-anak adalah hal yang langka.

            Saya juga bertanya-tanya, apa yang sebenarnya dia rasakan? Apakah dia merasa bangga? Atau sebenarnya malah tidak suka karena terpaksa? Apakah yang dia pikirkan ketika sedang berduka ditinggalkan oleh suaminya?

Saya yakin sekali banyak duka yang harus dijalani untuk menjadi ratu di sebuah negara besar. Perjuangannya itu bisa jadi sudah dirasakan sejak hari pertama ia dinobatkan sebagai ratu. Bayangkan saja, usia 18 tahun sudah harus memikul tanggung jawab yang besar. Sementara anak-anak lain seusianya masih menikmati masa remaja atau menanti lamaran dari para pemuda.

Inggris Raya bertambah luas kekuasaannya setelah Sang Ratu menjadi janda. Mungkin dia memang mengalihkan perhatiannya untuk mengurus negara setelah suaminya itu wafat. Mungkin juga saat itu orang-orang Inggris memang sangat bersemangat ekspansi ke ujung-ujung Bumi. Yang jelas, Inggris mencapai masa jaya di bawah pemerintahan Ratu Victoria. Para raja dan ratu yang bertahta setelahnya, belum ada yang menyamainya. Benar-benar sangat mengagumkan. Kekaguman saya itu membuat saya menghentikan sejenak penulisan artikel tentang menara dan membuat catatan ini. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini