Ana

Selasa, 10 November 2015

Nama Pahlawan yang Dijadikan Nama Jalan




            Salah satu cara mengenang jasa pahlawan di negeri ini adalah dengan menjadikan namanya menjadi nama jalan. Cara itu telah dilakukan sejak lama dan diberlakukan di seluruh kota di Indonesia. Hampir di setiap kota ada nama jalan yang sama. Yang saya perhatikan, pasti selalu ada nama pahlawan revolusi yang dijadikan nama jalan. Kebanyakan nama jalan yang menyandang nama pahlawan revolusi adalah jalan utama.
            Nama jalan itu juga membuat nama pahlawan ini otomatis menjadi nama daerah. Apalagi kalau nama jalan itu terletak di wilayah yang belum ada namanya sebelumnya. Area sekitarnya akan disebut dengan nama jalannya. Kadang-kadang, nama jalan ini juga dijadikan nama bangunan atau infrasrtuktur lainnya. Nama pahlawan itu menjadi nama taman, apartemen, mall, bahkan tempat makan di pinggir jalan.
            Ada juga beberapa nama pahlawan yang disingkat karena terlalu panjang, misalnya Otista. Otista adalah singkatan dari Otto Iskandardinata. Di Jakarta, jalan ini terbentang dari Jatinegara menuju Cawang. Terus terang, saya pernah salah mengira tentang Otista. Saya pikir itu nama kawasan seperti Jatinegara, Matraman, atau Salemba. Daerah-daerah yang letaknya tidak jauh dari Otista. Saya baru nyadar setelah membaca artikel di sebuah majalah. Otista ternyata nama orang. Saya yakin, anak-anak zaman sekarang banyak juga yang tidak tahu kalau Otista adalah nama orang, pahlawan pula.
            Pahlawan lain yang bernasib sama adalah Daan Mogot. Namanya diabadikan menjadi nama jalan yang menghubungkan Grogol ke Tangerang. Dulu, saya mengira kalau Daan Mogot adalah nama daerahnya. Nama daerah dengan 2 kata cukup umum di Jakarta. Ada Mangga Dua, Sawah Besar, Jembatan Tiga, dll. Saya kira Daan Mogot adalah nama daerah itu yang diambil dari bahasa daerah setempat. Ternyata, Daan Mogot adalah pahlawan yang berasal dari Sulawesi Utara.
            Saya adalah orang yang cukup sering membaca. Saya cukup sering membaca biografi orang, terutama yang dianggap berhasil. Gelar pahlawan disematkan pada seseorang tentunya karena dia dianggap berjasa. Biasanya saya akan mencari tahu apa saja kisah di balik seseorang sampai pantas dinyatakan sebagai pahlawan. Dengan kebiasaan seperti itu saja, saya masih lalai untuk mengetahui siapa itu Otista dan Daan Mogot. Bayangkan saja bagaimana dengan orang yang malas membaca?
            Selain sering membaca, saya juga dibesarkan dalam keluarga yang menghargai pahlawan. Kerabat saya bahkan ada yang dianugerahi gelar pahlawan nasional. Kami jelas tahu bagaimana perjuangannya. Walaupun berada di lingkungan yang menghargai pahlawan, tetap saja ada yang terluput dari perhatian saya. Maklum saja, pahlawan nasional jumlahnya ratusan. Di tahun ini bahkan ada 5 orang lagi yang diangkat menjadi pahlawan nasional.
            Bayangkan saja bagaimana orang-orang yang tidak memiliki akses pengetahuan tentang pahlawan, atau juga yang tidak lagi peduli apa jasa pahlawan. Bisa diduga kalau mereka juga tidak peduli dan tidak terlalu menghormati para pahlawan yang dulu sudah berjuang. Nama pahlawan hanya sekedar sebuah nama tempat. Kalau begini yang terjadi, maka tujuan penamaan nama jalan dan tempat untuk menghormati malah tidak tercapai. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini