Menuju ke Bogor memang
paling praktis naik KRL. Apalagi kalau hanya pergi sendiri dan tidak membawa
barang yang banyak. Itulah yang membuat saya memilih menggunakan KRL untuk
menuju Bogor, tempat acara penutupan Konferensi Anak Indonesia 2015.
Saya pernah ke Bogor naik
KRL bertahun-tahun yang lalu. Saya pergi bersama adik saya dan seorang temannya
yang memang sering bolak-balik ke Bogor. Berangkatnya dari Stasiun Gambir.
Karena itulah saya dengan percaya diri segera menuju ke Stasiun Gambir pagi itu.
Ternyata ada perubahan kebijakan pada kendaraan yang menggunakan rel ini. Saat ini, Stasiun Gambir hanya melayani pemberangkatan ke luar kota Jakarta. Mungkin lebih tepatnya luar kota yang jauh-jauh. Bogor masih bagian dari ibu kota, bagian dari Jabotabek.
Ternyata ada perubahan kebijakan pada kendaraan yang menggunakan rel ini. Saat ini, Stasiun Gambir hanya melayani pemberangkatan ke luar kota Jakarta. Mungkin lebih tepatnya luar kota yang jauh-jauh. Bogor masih bagian dari ibu kota, bagian dari Jabotabek.
Saya baru tahu tentang
hal itu ketika hendak membeli tiket. Petugas loket tiket menjawab dengan
malas-malasan. Saya pun akhirnya bertanya kepada petugas keamanan. Petugas ini
malah lebih ramah dibandingkan dengan petugas loket. Dia mengarahkan saya ke
stasiun lain, antara lain Gondangdia, Cikini, dan Juanda. Dia juga menjelaskan
rute kendaraan umum ke Cikini. Saya akhirnya memilih ke Stasiun Juanda. Stasiun
ini bisa dicapai dengan bus Transjakarta. Halte bus ini letaknya tidak jauh
dari stasiun.
Setiba di Stasiun Juanda,
saya membeli tiket sekali jalan. Rasa-rasanya, saya pernah mendengar kalau
kartu uang elektronik bisa digunakan sebagai tiket kereta. Sempat juga berniat
menggunakannya, namun akhirnya saya tetap membeli tiket supaya cepat prosesnya.
Dari pengeras usara terdengar kalau kereta menuju Bogor akan datang tidak lama
lagi.
Ternyata benar, KRL
menuju Bogor tiba tak lama kemudian. Saya hanya duduk sebentar di tempat duduk
di peron. Saya memilih peron khusus wanita. Di dalam peron itu, sudah ada
beberapa orang wanita dan anak-anak. Karena ingin tempat duduk yang cukup
lapang, saya bergeser ke peron lain. Ada banyak sekali tempat duduk yang
lowong. Banyak pilihan tempat duduk.
Saya pun duduk santai sambil membaca. Di depan saya, ada 2 orang anak kecil yang sepertinya sedang bepergian dengan kakek neneknya. Perjalanan itu kira-kira 1 jam lamanya. Di sebelah kiri dan kanan saya tidak ada orang sama sekali. Lowong. Di barisan seberang saya bahkan ada tempat duduk yang kosong.
Saya pun duduk santai sambil membaca. Di depan saya, ada 2 orang anak kecil yang sepertinya sedang bepergian dengan kakek neneknya. Perjalanan itu kira-kira 1 jam lamanya. Di sebelah kiri dan kanan saya tidak ada orang sama sekali. Lowong. Di barisan seberang saya bahkan ada tempat duduk yang kosong.
Pemandangan ini sangat
berbeda pada jam berbeda. Tak heran pemandangan ini membuat iri para pengguna
KRL dengan tujuan Bogor. Pada jam pulang kantor, KRL ke Bogor sangat penuh.
Penumpang hampir tidak bisa bergerak kalau sudah masuk ke dalamnya. Peluang
untuk mendapatkan tempat duduk sangat sedikit, apalagi kalau kita naik bukan
dari stasiun paling ujung. {ST}