Ana

Rabu, 11 November 2015

Menteri PPPA yang Kaget Ketika Terpilih




            Penutupan Konferensi Anak 2015 dihadiri oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Ibu Yohana Yembise. Dalam forum ini, anak-anak menyampaikan deklarasi yang telah mereka susun selama konferensi. Mereka juga dibolehkan untuk bertanya.
            Ada seorang anak yang menanyakan bagaimana perasaan Ibu Yohana ketika dipilih menjadi menteri. Terus terang, ini juga pertanyaan saya, terutama pada para menteri yang mengurusi bidang yang bukan keahliannya.
            Berkali-kali Bu Yohana mengatakan dia kaget ketika terpilih. Dia tidak menyangka kalau seorang dosen yang tinggal di Papua akan terpilih sebagai menteri. Apalagi kementerian yang dipegangnya itu hampir tidak ada kaitannya dengan apa yang selama ini digelutinya. Pengalaman yang “kurang nyambung” itu membuat banyak orang sanksi akan kemampuannya memimpin departemen itu. Terus terang, saya juga termasuk yang meragukannya.
            Dari ceritanya, Bu Yohana harus bekerja keras untuk dapat bekerja dengan baik. Bersyukur juga karena dia adalah seorang guru yang memang terbiasa belajar. Belajar hal yang baru bukanlah sesuatu yang asing baginya. Bu Yohana juga sangat terbantu dengan adanya staf yang ahli dalam bidangnya masing-masing.
            Dalam beberapa kabinet sebelumnya, selalu ada departemen yang mengurusi perempuan/wanita. Bertahun-tahun yang lalu, saya sangat kontra dengan adanya departemen yang seperti ini. Dengan adanya lembaga khusus yang mengurusi urusan peranan perempuan, artinya sama saja mengakui kalau perempuan itu adalah pihak yang lebih lemah dan perlu diurusi. Artinya dengan sengaja mengakui kalau perempuan dan pria tidak setara, terutama dalam peranan dan pemberdayaannya dalam masyarakat.
Kali ini, departemen ini digabungkan dengan perlindungan anak. Penggabungan ini dapat dipahami dengan mudah. Perempuan dan anak-anak adalah pihak-pihak yang terlemah dalam keluarga. Perempuan dan anak-anak sering terabaikan haknya sebagai manusia. Saya juga tidak terlalu kontra lagi dengan adanya lembaga khusus yang mengurusi urusan yang beginian. Entah dengan bertambahnya usia saya makin bisa menerima pendapat yang berbeda, atau juga karena terlalu banyak kenyataan yang memberitakan bagaimana perempuan dan anak-anak belum dapat hidup layak.
            Perlindungan anak adalah isu yang santer dibahas beberapa tahun belakangan ini. Cukup banyak anak-anak yang terlecehkan bahkan sampai kehilangan nyawanya. Hal-hal semacam ini terntu saja menjadi pekerjaan besar yang harus diselesaikan oleh kementerian PPPA. Semoga saja Ibu Yohana dan timnya dapat membuat perempuan-perempuan Indonesia lebih berdaya dan anak-anak Indonesia selalu terlindung dalam masa pertumbuhannya. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini