Saya pertama kali mengetik dengan 10
jari pada waktu SMP. Saya agak lupa apakah itu saat ekskul atau pelajaran tambahan. Yang jelas belajarnya menggunakan mesin
tik yang bunyinya tik tik tik. Bapak yang mengajarnya sudah agak tua dan
berkacamata.
Bapak itu dengan sabar
membimbing murid-muridnya. Dia berkeliling memantau jari-jari kami apakah sudah
berada di tombol yang tepat. Yang saya ingat, latihan pertama kami adalah
mengetik FJ. Huruf F dan J adalah huruf yang diketik dengan jari telunjuk.
Setelah itu baru berlanjut ke huruf-huruf lainnya.
Salah satu huruf yang paling susah diketik adalah huruf A. Huruf ini harus
diketik dengan jari kelingking sebelah kiri. Sebelum mengenal papan ketik, jari
kelingking sebelah kiri ini adalah jari yang paling jarang saya gerakkan.
Digunakan untuk ngupil pun tidak. Wong hidung saya besar gini, jempol pun bisa
digunakan untuk ngupil. Ngapain pake kelingking
hehehe… Alhasil, jari kelingking
saya itu sakit sekali rasanya kalau habis pelajaran mengetik. Apalagi huruf A
adalah huruf yang paling sering digunakan dalam bahasa Indonesia.
Saya belajar mengetik
dengan bersemangat. Rasanya seperti menemukan mainan baru. Saat itu sepertinya
adalah salah satu titik kehidupan saya di mana saya menemukan sesuatu yang baru
yang saya sukai. Dengan mengetik, saya bisa menuangkan pikiran saya. Saya
bukanlah orang yang fasih ataupun gemar bicara. Menuangkan pikiran dalam bentuk
tulisan adalah sesuatu yang melegakan dan sangat saya syukuri.
Dengan berjalannya waktu,
saya sudah cukup sering mengetik. Saya menggunakan sebagian besar pelajaran
yang saya terima saat SMP itu. Saya merasa cukup fasih mengetik. Dengan pede
saya bisa menjawab ya kalau ada yang menanyakan apakah saya bisa mengetik 10
jari. Sampai akhirnya, pada suatu sore saya mengamati jari-jari saya… Ternyata
saya tidak mengetik dengan 10 jari. Saya hanya mengetik dengan 9 jari,
kadang-kadang 8.
Saya sudah cukup mengenal
letak tombol-tombol di papan ketik. Kadang-kadang, saya bisa mengetik perlu
melihatnya. Saya memilih melihat ke layar monitor dan memusatkan pikiran pada
apa yang mau saya ketik. Sore itu, saya memilih mengamati jari-jari saya.
Ternyata, saya hampir tidak pernah menggunakan jari kelingking tangan kanan.
Jari kelingking tangan
kanan digunakan untuk mengetik tanda titik dua (:) dan beberapa simbol yang
memang tidak terlalu sering saya gunakan. Tombol-tombol lain saya tekan
menggunakan jari saya yang lain terutama jari telunjuk dan jari tengah. Itu
sebabnya jari yang saya gunakan tidak berjumlah 10.
Apakah saya akan kembali
menggunakan 10 jari? Ya, saya memang mencobanya ketika mengetik catatan ini.
Tetapi… Kok, rasanya agak kagok lagi ya? Ketika paragraf terakhir ini diketik,
saya hanya menggunakan 8 jari saja. {ST}