![]() |
Angin kencang di Palangkaraya. Foto: Glodius Toendan |
Sabtu malam 7 November
2015 adalah Sabtu yang kelam di
Palangkaraya. Kota yang diliputi kabut asap beberapa waktu yang lalu itu
kali ini dilanda hujan lebat. Hujan itu disertai angin kencang. Ada yang
mengatakan kalau itu adalah angin puting beliung. Ada juga yang mengatakan
kalau itu adalah badai.
Hujan lebat, sebenarnya
adalah sesuatu yang dinanti-nantikan di kota ini selama berbulan-bulan.
Kekeringan dan kebakaran lahan membuat asap terpaksa menjadi bagian sehari-hari
warga kota Palangkaraya. Asap yang semakin tebal itu hanya bisa diusir dengan
adanya hujan lebat selama berhari-hari. Dan percaya atau tidak, itulah yang terjadi.
Hujan super lebat yang
disertai angin kencang itu menghapus semua asap. Angin kencangnya yang dahsyat
membuat beberapa bangunan kehilangan atap. Banyak pula pohon yang tumbang.
Bahkan ada pohon yang tercabut sampai ke akarnya. Angin kencang ini juga
merobohkan beberapa menara PLN yang membuat listrik di sebagian wilayah kota
padam.
Ketika mendapat kabar
tentang hujan badai di Palangkaraya, saya segera menelpon Papah yang tinggal di
sana. Saat ditelpon, Papah sedang makan keluar. Hujan sudah mulai reda dan dia
bisa keluar rumah dengan tenang. Papah memilih makan keluar karena di rumah
tidak ada makanan. Selain itu, agak susah menyiapkan makanan sendiri saat
listrik dipadamkan.
Anginkencang ini, dapat
dikatakan bencana. Namun bagi beberapa orang yang tinggal di Palangkaraya, ini
adalah berkat yang tercurah. Mereka tetap bersyukur dan tidak berani mengeluh
walaupun hujan turun sangat lebat dan mereka “mati gaya”. Bagaimana enggak mati
gaya, mau jalan-jalan keluar enggak bisa, di rumah mati listrik. {ST}