Ana

Kamis, 22 Oktober 2015

Mengungkap Perusahaan Pembakar Hutan




            Saat ini, bukan rahasia lagi kalau pembakar lahan di Sumatra dan Kalimantan adalah korporasi. Jejaknya bisa ditelusuri dan bisa dibuktikan. Nama-nama perusahaan itu telah pula beredar luas di masyarakat. Entah sumbernya dari mana.
            Saya yakin, pemerintah juga tahu siapa saja yang memiliki andil untuk membuat asap Indonesia sangat terkenal di dunia. Hanya sampai sekarang, sampai tulisan ini saya buat, pemerintah belum mengumumkan secara resmi perusahaan mana saja yang terlibat dalam pembakaran hutan itu. Keputusan ini mengundang pro dan kontra. Awalnya saya juga kontra, namun belakangan ini saya kurang peduli dengan apa yang dilakukan pemerintah mengenai asap. Biarkan saja. Agak-agak apatis gitu, deh.
            Sebenarnya apatis banget enggak juga, sih. Mencoba memahami dan kemudian mengabaikan tepatnya. Saya memang mencoba memahami keputusan yang diambil oleh pemerintah melalui lembaga-lembaga resminya. Saya pernah berpikiran, mungkin pengumuman itu masih dalam tahap yang bisa dilobi (dengan bantuan aditif berupa mata uang), atau karena pertimbangan lainnya.
            Pertimbangan lainnya itu mungkin karena perusahaan-perusahaan ini adalah anggota group atau korporasi yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Tidak hanya orang-orang culas yang hanya mementingkan keuntungan diri, tetapi mereka yang profesional bekerja untuk bisnis ini. Ada juga orang-orang yang tak punya pilihan sehingga harus menggantungkan hidupnya pada bisnis yang menghancurkan hutan tropis Indonesia ini.
            Kalau sampai perusahaan perusak hutan diumumkan, kemungkinan akan banyak orang yang akan menyerang perusahaan ini, baik secara fisik maupun tidak. Mungkin saya juga termasuk yang “menyerang” dengan kata-kata yang saya tuliskan di blog ini. Akan banyak orang yang tidak mau lagi menggunakan produk yang dihasilkannya. Kejadian seperti ini bila berlangsung terus menerus tentu saja akan mengurangi keuntungan. Ini sudah pasti memengaruhi jalannya roda bisnis. Kemungkinan akan banyak orang yang diputuskan hubungan kerjanya. Orang-orang pertama yang akan menerimanya adalah orang-orang di level terbawah.
Agak-agak sama dengan bisnis rokok. Walaupun produknya tidak berdampak baik bagi manusia yang menggunakannya, rezeki rokok menghidupi banyak orang yang menjadi bagian dari industrinya. Tak heran bisnis ini juga susah untuk dimatikan. Malah ada regulasi yang melindunginya dengan menjadikannya warisan budaya. Saya sih cuma bisa geleng-geleng membaca hal ini.
Pada akhirnya, saya memang abai pada keputusan pemerintah, namun bukan berarti saya apatis dalam keseharian. Saya berusaha mengatur apa yang saya konsumsi supaya sebisa mungkin tidak merusak lingkungan dan tidak mendukung para perusahaan perusak lingkungan itu. Ini gampang-gampang susah dilakukan. Apalagi pada produk yang berhubungan dengan minyak sawit. Cukup banyak produk yang kami gunakan di rumah, memiliki bahan minyak sawit di dalamnya. Mau dibuang sayang, jadi dihabiskan dulu, baru kemudian diganti dengan produk baru yang lebih ramah lingkungan.
Beberapa kenalan saya sampai sekarang ini masih menuntut supaya perusahaan pembakar lahan diungkapkan. Kadang-kadang ada juga yang mengajak saya untuk tidak diam saja dan menyaurakan tuntutan itu, baik di media sosial, maupun di media resmi tempat saya sering numpang menitipkan karya. Sekali lagi saya mengabaikan ajakan ini. Sama seperti saya mengabaikan keputusan pemerintah. Bagi saya, diumumkan atau tidak, tetap tidak membuat dunia lebih baik. Untuk membuat dunia lebih baik, tanpa polusi asap, perlu berbuat sesuatu. Sesuatu itu, sekali lagi menurut pandangan saya, adalah perbuatan yang dimulai dari kita sendiri. Perbuatan itulah yang akan saya bagikan dalam tulisan-tulisan saya di blog ini dan juga di media lainnya. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini