Pencemaran akibat asap di Kalimantan
sudah sangat kelewatan. Udara sudah sangat tidak sehat untuk dihirup. Banyak
orang, terutama anak-anak kecil yang menderita ISPA. Mereka diberikan obat yang
harus diminum. Namun sebenarnya obat paling mujarab untuk ISPA adalah oksigen
segar.
Warga Kalimantan perlu oksigen, dan
oksigen itu tidak gratis. Oksigen itu sudah dikemas dalam bentuk tabung dan
harus dibeli. Harganya tidak murah, lo. Sekaleng kecil, dulu harganya Rp 20-an
ribu. Saat ini, ada yang mengatakan harganya mencapai Rp 40-an ribu. Berapapun
harganya, tetap saja mahal. Oksigen seharusnya bisa didapatkan secara gratis
oleh seluruh makhluk hidup di Bumi ini.
Oksigen tabung agak susah ditemukan
di Kalimantan. Di Palangkaraya, ibu kota Kalimantan Tengah, yang pencemaran
udaranya cukup parah, tabung oksigen sudah lama habis. Beberapa kerabat saya memberitahukannya
karena mereka memerlukannya. Adik saya yang sempat singgah ke sana di minggu
kedua bulan Oktober juga membuktikannya. Oksigen tabung sudah tidak ada lagi di
apotek dekat rumah kami.
Adik saya yang sempat menjadi
relawan pendamping dokter itu mengatakan kalau orang-orang di Palangkaraya
sangat perlu oksigen kaleng. Dia menanyakan informasi bagaimana mendapatkan
barangnya. Saya mencoba membantu menanyakannya dengan beberapa kenalan saya.
Saya menanyakan kepada teman yang punya apotek dan teman-teman yang saya kenal
di dunia retail.
Dalam keadaan normal, di mana
oksigen bisa didapatkan dengan bebas, oksigen kaleng bukanlah barang yang laku.
Sudah bisa ditebak kalau oksigen kaleng adalah barang slow moving yang keberadaannya di rak pajang hanya demi kelengkapan
saja. Sudah bisa ditebak pula kalau teman-teman saya tidak memantau
ketersediaan barangnya di pasar. Agak beda dengan minyak goreng, ayam goreng,
atau buku tulis.
Oksigen kaleng ini rencananya akan
dibeli dalam jumlah banyak di Jakarta. Setelah itu baru dikirm ke Palangkaraya,
entah dengan cara apa. Yang jelas, tabung oksigen ini tidak bisa dibawa dengan
menggunakan pesawat terbang. Cara pengirimannya masih dalam tahap mencari info,
sama seperti memantau ketersediaan stoknya. Saya juga turut membantu sebisa
mungkin. Rasanya agak konyol juga mengirim oksigen kaleng ke pulau yang dikenal
sebagai paru-paru dunia. {ST}