Saya sedih sekali ketika tanah
kelahiran saya diliputi asap. Lebih sedih karena banyak anak-anak kecil yang
harus hidup dilingkupi asap. Anak-anak kecil ini tidak punya pilihan lain.
Mereka tidak punya tempat mengungsi.
Sebuah artikel yang saya baca
membuat saya makin sedih lagi. Dalam artikel tersebut disebutkan kalau pekatnya
asap akan memberi pengaruh pada kecerdasan anak. Anak yang sedang dalam masa
pertumbuhan memerlukan nutrisi dan juga oksigen yang cukup. Kekurangan oksigen
akan memengaruhi pertumbuhan otak. Otak yang kekurangan oksigen tidak akan
bertumbuh dengan baik. Kecerdasan akan berkurang. Demikian kira-kira inti
tulisannya.
Penjelasan di artikel itu sangat
masuk akal. Hampir semua organ di tubuh manusia memerlukan oksigen untuk tetap
hidup dan bertumbuh. Demikian pula dengan otak. Pertumbuhan otak akan terhambat
bila kekurangan oksigen. Nah, itulah yang sedang terjadi di tanah kelahiran
saya di Kalimantan.
Sampai sekarang, saya berharap
tulisan ini salah. Tanpa asap pun, kami, orang-orang Dayak kerap dianggap tidak
cerdas. Saya cukup sering mengalaminya. Saat masih sekolah dan kuliah, kerap
kali orang-orang di sekitar saya heran dengan nilai pelajaran saya yang lumayan
bagus. Saat sudah bekerja, ada juga yang heran mengapa saya bisa mencapai
target KPI. Keheranan yang bisa dikatakan pujian sekaligus hinaan, apalagi yang
ditambahi komentar, “Padahal kamu orang Dayak.”
Selain oksigen, ada banyak faktor lain yang memberi pengaruh pada kecerdasan, misalnya
gizi dan juga pembelajarannya. Semoga anak-anak di Kalimantan dapat tidak
kehilanagn ekcerdasannya karena musim asap kali ini. {ST}