Entah mengapa para penonton
pertandingan sepak bola di negeri ini sering membuat kerusuhan. Kalaupun tidak
rusuh dan membuat kerusakan, biasanya ada kericuhan berupa pertengkaran.
Seakan-akan ini adalah tradisi. Tradisi yang sangat bertentangan dengan
sportivitas.
Kericuhan itu biasanya berawal dari
suporter yang tidak terima ketika kesebelasan yang dibelanya kalah.
Kadang-kadang juga hanya karena saling ledek-ledekan. Kalau dipikir-pikir,
sebabnya sangat kekanak-kanakan dan tidak masuk akal.
Walaupun tidak terlalu suka nonton
pertandingan sepak bola, saya sangat mendukung diaadakannya kompetisi dan aneka
kejuaraan di negeri ini. Kompetisi akan membuat para pemain dan klub-klubnya
berjuang untuk menjadi yang terbaik. Sportivitas akan terpupuk. Saya meyakini,
lebih banyak orang yang sportif, dunia ini akan menjadi lebih baik.
Bagi saya, nonton sepak bola adalah
hiburan. Apalagi kalau pemainnya ganteng-ganteng hehehe… Kalah atau menang
tidak terlalu saya permasalahkan. Kalaupun klub yang saya dukung kalah, mungkin
saya akan kecewa. Namun kekecewaan saya itu tidak cukup membuat saya melakukan
kerusuhan.
Mungkin agak berbeda dengan yang
sudah biasa berlaku rusuh dan seenaknya sendiri. Dipancing sedikit saja sudah
langsung terpicu emosinya. Makin berlanjut karena yang terpicu emosinya tidak
hanya 1 orang, tetapi sekelompok orang itu. Itu sebabnya para aparat
berjaga-jaga bila ada pertandingan sepak bola. Itu pula yang terjadi di Jakarta
pada hari Minggu, 18 Oktober 2015 yang lalu.
Aparat keamanan di Jakarta
berjaga-jaga dan siaga. Kabarnya mereka menetapkan status siaga 1 di DKI
Jakarta. Agak heboh juga, ya. Sebagai warga Jakarta, saya jadi agak paranoid,
mengapa pula mereka sampai harus menentapkan status itu. Seakan-akan situasi
sudah sangat gawat, seperti ketika bencana melanda.
Di media sosial beredar foto yang
juga menyinggung tentang status siaga 1 karena sepak bola ini. Foto itu
menggugat karena status siaga 1 tidak kunjung ditetapkan untuk daerah-daerah
yang terkena dampak asap. Padahal di daerah ini, cukup banyak rakyat Indonesia
yang terganggu kesehatannya. Miris juga ya…
Beberapa
orang mengungkapkan kekecewaan dan
kemarahannya di media sosial. Saya juga kecewa, sih. Menurut saya, antisipasi
permainan sepak bola tidak seharusnya sampai mengakibatkan siaga 1. Nyawa orang
yang terkena bencana asap lebih penting daripada tindakan ugal-ugalan orang
yang tidak bertanggung jawab.
Setelah saya
pikir-pikir, sepertinya pejabat setempat yang kurang peduli dengan nasib
warganya. Pejabat di DKI Jakarta menetapkan siaga 1 tentunya sebagai tindakan
pencegahan dan juga kesiagaan menghadapi situasi terburuk. Pejabat di daerah yang
terkena asap, sepertinya tidak terlalu memikirkan warganya. Bahkan ada kabar
yang mengatkan salah seorang walikota yang kotanya terpapar asap paling parah
malah tidak berada di tempat saat musibah melanda warganya. {ST}